Rabu, 24 November 2010

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Setiap orang, baik disadari ataupun tidak, selalu melaksanakan kegiatan belajar. Kegiatan harian yang dimulai dari bangun tidur sampai dengan tidur kembali akan selalu diwarnai oleh kegiatan belajar. Seseorang yang tiba-tiba melihat petani sedang mencangkul sawah, misalnya,kemudian didalam otaknya terlintas pikiran betapa beratnya kehidupan petni dalam menghasilkan bahan makanan, sehingga muncul perasaan mengahargai jerih payah petani.
Ilustrasi ini telah menunjukan adanya pengalaman belajar dan telah menghasilkan perubahan perilakuberupa tindakan menghargai karya petani pada diri orang tersebut.
Efektivitas belajar yang dilakukan oleh peserta didik disekolah todak semata-mara ditentukan oleh derajat pemilikan potensi peserta didik yang bersangkutan, melainkan juga lingkungan, terutama pendidik yang profesional.
Ada kecenderungan bahwa sikap yang menenangkan, kehangatan, persaudaraan, tidak menakutkan, dan sejenisnya, dipandang sebagian orang sebagai pendidik yang baik.
Pendidik profesional dituntut memiliki karasteristik yang lebih dari aspek-aspek tersebut seperti kemampuan untuk menguasai bahan belajar, keterampilan peserta didikan , dan evaluasi peserta didikan.
Dengan demikian prifesionalitas pendidik merupakan totalitas perwujudan kepribadian yang ditampilkan sehingga mampu mendorong peserta didik untuk belajar efektif.


1.2 Tujuan Pembelajaran
Tujuan umum pembelajaran ini adalah mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan dan memahami tentang hakekat belajar secara keseluruhan yang teringkas dalam beberapa poin diantaranya: pengertian belajar, unsur-unsur belajar, hasil belajar, hirarkhi tugas, prinsip-prinsip belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan jenis-jenis belajar dan kondisinya.
Hasil belajar tersebut ditentukan oleh bagaimana proses belajar itu berlangsung dan kompleksitas faktor internal dan eksternal yang berada dalam situasi belajar.
1.3 Manfaat Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa mempunyai kemampuan untuk:
1) Menjelaskan pengertian belajar
2) Menjelaskan unsur-unsur belajar
3) Menjelaskan hasil belajar
4) Menjelaskan hirarkhi tugas belajar
5) Menjelaskan prinsip-prinsip belajar
6) Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
7) Menjelaskan jenis-jenis belajar dan kondisinya








BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Belajar
Menurut Gage dan Berliner (1983:252) menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. Morgan et. Al (1986:140) mengungkapakan bahwa belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil praktik atau pengalaman. Gagne (1977: 3) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia yang berlangsung selama periode waktu tertentu dan perubahan perilaku tersebut tidak bersal dari proses pertumbuhan.
Dari pengertian-pengertian tersebut tampak bahwa konsep tentang belajar mengandung tiga unsur utama, yaitu:
a. Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku
Perilaku mengacu pada suatu tindakan atau berbagai tindakan. Dalam kegiatan sekolah, perubahan perilaku itu mengacu pada kemampuan mengingat atau menguasai berbagai bahan belajar dan kecenderungan perserta didik memiliki sikap dan nilai-nilai yang diajarkan oleh pendidik. Untuk mengukur apakah seseorang telah belajar atau belum belajar diperlukan adanya perbandingan antara perilaku sebelum dan setelah mengalami kekgiatan belajar. Apabila terjadi perbedaan perilaku, maka dapat disimpulkan bahwa orang tersebut telah belajar. Contohya adadalah perubahan perilaku seorang siswa yang dapat diwujudkan dalam bentuk menulis, membaca dan berhitung.
b. Perubahan Perilaku karena didahului oleh proses pengalaman
Pengalaman dapat membatasi jenis-jenis perubahan perilaku ang dipandang mencerminkan beljar. Pengalaman dalam pengertian belajar dapat berupa pengalaman fisik, psikis dan soisal. Oleh karena itu perubahan perilaku yang disebabkan oleh faktor obar-obatan, adaptasi penginderaan dan kekuatan mekanik, misalnya, tidak dipandang sebagai perubahan yang disebabkan oleh pengalaman. Perubahan perilaku karena pertumbuhan kemartangan fisk , seperti tinggi dan berat badan dan kekuatan fisik tidak dapat dipandang sebagai hasil belajar. Karena pertimbuhan dan kematangan fisik menjadi dyarat utama untuk belajar.
c. Perubahan perilaku karena belajar bersifat relatif permanen.
Lamanya perubahan perilaku yang terjadhi pada diri seseorang adalah sukar untuk diukur. Perubahan perilaku iru dapat berlangsung selama satu hari, satu minggu, satu bulan ataupun bertahun-tahun.
Membaca merupakan bagian kecil dari kegiatan belajar yang dilakukan oleh setiap orang dalam kehidupannya. Ketika seseorang bangun tidur, mengenakan pakaian, makan pagi dan memulai memikirkan apa yang akan dilakukan pada hari itu, kegiatanm itu selalu diikiuri oleh tindakan belajar. Demikian pula tindakan berpikir yang sering dilakukan oleh seseorang akan memunculkan sikap trhadap orang lain atau peristiwa yang dapat membuatnya senang atau takut. Seseorang yang mampu memahami proses belajar pada kehidupan nyata, maka ia akan mampu menjelaskan segala sesuatu yang ada dilingkungannya. Demikian pula jika seseorang memahami prinsip-prinsip belajar, maka ia akan mampu mengubah perilaku seperti yang diinginkan.
Pengertian belajar adalah berbedad dengan pertumbuhan dan perkembangan (Shephert dan Ragan, 1982: 35-36). Pertumbuhan (growth) merupakan karakteristik individu yang diperoleh dari kehidupan. Belajar (learning) mengacu pada perubahan perilaku yang terjadi yang terjadi sebgai akibat dari interaksi antar individu dengan lingkungannya. Apa yang dipelajari seseorang dapat diuraikan dan disimpulkan dari pola-pola perubahan perilakunya.
Perkembangan (development) mengacu pada perubahan yang dihasilkan dari kombinasi pengaruh pertumbuhan dan belajar. Perkembangan emosional, misalnya, adalah bukan semata-mata dipengaruhi oleh kemangatan fisik, melainkan juga karena faktor belajar.
2.2 Unsur-Unsur Belajar
Belajar merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat berbagai unsur yang saling kait-mengait sehingga menghasilkan perunahan perilaku (Gagne, 1977:4). Beberapa unsur yang dimaksud adalah sebgai berikut :
1. Peserta Didik. Istilah peserta didik dapat diuraikan sebgai pesert didik, warga belajar dan peserta pelatihan yang sedang melakukan kegiatan belajar. Peserta didik memiliki organ penginderaan yang digunakan unruk rangsangan; otak yang digunakan untuk menginformasikan hasil penginderaan kedalam memoti yang kompleks. Dan syaraf arau otot yang digunakan untuk menampilkan kinerja yang menunjukan apa yang telah dipelajari. Dalam proses belajar. Rangsangan (stimulus) yang diterima oleh peserta didik diorganisir dalam syaraf dan ada beberapa rangsangan yang disimpan didalam memori. Kemudian memoti tersebut diterjemahkan kedalam tindakan yang dapat diamati seperti gerakan syaraf atau otot dalam merespon stimulus.
2. Rangsangan (stimulus). Peristiwa yang merangsang penginderaan peserta didik disebut stimulus. Banyak stimulus yang berada di lingkungan seseorang. Suara, sinar, watna, dingin dan sebagainya adalah stimulus yang selalu berada di lingkungan seseorang. Agar peserta didik mampu belajar optimal, ia harus memfokuskan pada stimulus tertentu yang diminati.
3. Memori. Memori yang ada pada peserta didik berisi pelbagai kemampuan yang berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang dihasilkan dari kegiatan belajar sebelumnya.
4. Respon. Tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori disebut respon. Peserta didik yang sedang mengamati stimulus akan mendorong memori memberikan respon terhadap stimulus tersebut. Respon dalam peserta didik dapat diamati pada akhir proses belajar yang disbeut dengan perubahan perilaku atau perubahan kinerja (performance).

2.3 Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik. Oleh karena itu apabila peserta didik mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep.
Tujuan peserta didikan merupakan bentuk harapan yang dikomunikasikan melalui pernyataan dengan cara menggambarkan perubahan yang diinginkan pada diri peserta didik, yakni pernyataan tentang apa yang diinginkan pada diri peserta didik setelah menyelesaikan pengalaman belajar.
Untuk mengukur kemampuan peserta didik di dalam mencapai tujuan peserta didikan tersebut diperlukan adanya pengamatan kinerja (performance) peserta didik sebelum dan setelah peserta didikan berlangsung, serta mengamati perubahan kinerja yang telah terjadi.
Dalam kegiatan belajar, tujuan yang harus dicapai oleh setiap individu dalam belajar memiliki beberapa peranan penting, yaitu:
1. Memberikan arah pada kegiatan peserta didikan
2. Untuk mengetahui kemajuan belajar dan perlu tidaknya pemberian peserta didikan pembinaan bagi peserta didik (remidial teaching)
3. Sebagai lahan komunikasi agar dapat mengkomunikasikan tujuan peserta didikannya kepada peserta didik, sehingga peserta didik dapat mempersiapkan diri dalam mengikuti proses peserta didikan.
Benyamin S. Bloom menyampaikan tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu: ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain) dan ranah psikomotorik (psycomotoric domain).
Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup kategori pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis) dan penilaian (evaluation).
Pengetahuan didefinisikan sebagai perilaku mengingat atau mengenali informasi (materi peserta didikan) yang telah dipelajari sebelumnya.
Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan memperoleh makna dari materi peserta didikan.
Penerapan mengacu pada kemampuan menggunakan materi peserta didikan yang telah dipelajari di dalam situasi baru dan kongrit.
Analisis mengacu pada kemampuan memecahkan material ke dalam bagian-bagian sehingga dapat dipahami struktur organisasinya.
Sintesis mengacu pada kemampuan menggabungkan bagian-bagian dalam rangka membentuk struktur baru.
Penilaian mengacu pada kemampuan membuat keputusan tentang nilai materi peserta didikan (pernyataan, novel, puisi, laporan) untuk tujusn tertentu.
Ranah afektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat dan nilai. Kategori tujuannya mencerminkan hirarki yang berentangan dari keinginan untuk menerima sampai dengan pembentukan pola hidup. Kategori tujuan peserta didikan afektif adalah penerimaan (receiving), penanggapan (responding), penilaian (valuing), pengorganisasian (organization) dan pembentukan pola hidup (organization by a value complex).
Penerimaan mengacu pada keinginan peserta didik untuk menghadirkan rangsangan atau fenomena tertentu (aktivitas kelas, buku, teks, musik dan sebagainya).
Penanggapan mengacu pada partisipasi aktif pada diri peserta didik. Pada peserta ini peserta didik tidak hanya menghadirkan fenomena tertentu tetapi juga mereaksikannya dengan berbagai cara.
Pengorganisasian berkaitan dengan perangkaian nilai-nilai yang berbeda, memecahkan kembali konflik-konflik antar nilai dan mulai menciptakan sistem nilai yang konsisten secara internal.
Pembentukan pola hidup mengacu pada individu peserta didik memiliki sistem nilai yang telah mengendalikan perilakunya dalam waktu cukup lama sehingga mampu mengembangkannya menjadi karakteristik gaya hidupnya.
Ranah Psikomotorik berkaitan dengan kemampuan fisik seperti keterampilan fisik dan syaraf, manipulasi objek dan koordinasi syaraf. Kategori jenis perilaku untuk ranah psikomotorik menurut Elizabeth Simpson adalah persepsi (perception), kesiapan (set), gerakan terbimbing (guided response), gerakan terbiasa (mechanism), gerakan kompleks (complex overt response), penyesuaian (adaptation) dan kreativitas (originality).
Persepsi berkaitan dengan penggunaan organ penginderaan untuk memperoleh petunjuk yang memandu kegiatan motorik.
Kesiapan mengacu pada pengambilan tipe kegiatan tertentu. Kategori ini mencakup kesiapan mental (kesiapan mental untuk bertindak) dan kesiapan jasmani (kesiapan jasmani untuk bertindak).
Gerakan terbimbing berkaitan dengan tahap-tahap awal di dalam belajar keterampilan kompleks.
Gerakan terbiasa berkaitan dengan tindakan kinerja dimana gerakan yang telah dipelajari itu telah menjadi biasa dan gerakan dapat dilakukan dengan sangat meyakinkan dan mahir.
Gerakan kompleks berkaitan dengan kemahiran kinerja dari tindakan motorik yang mencakup pola-pola gerakan kompleks. Kecakapan ditunjukkan melalui kecepatan, kehalusan, keakuratan dan yang memerlukan energi minimum.
Penyesuaian berkaitan dengan keterampilan yang dikembangkan sangat baik individu partisipan dapat memodofikasi pola-pola gerakan sesuai dengan persyaratan-persyaratan baru atau ketika menemui situasi masalah baru.
Kreativitas mengacu pada penciptaan pola-pola gerakan baru untuk disesuaikan dengan situasi tertentu atau masalah-masalah tertentu.
Gagne dan Briggs mengklarifikasikan tujuan peserta didikan ke dalam lima kategori, yaitu: (1) Kemahiran intelektual (intelectual skills), (2) strategi kognitif (cognitive strategies), (3) informasi verbal (verbal information), (4) kemahiran motorik (motor skills) dan (5) sikap (attitudes).
Kemahiran Intelektual merupakan kemampuan yang membuat individu kompeten. Kemahiran ini berentangan mulai dari kemahiran bahasa sederhana.
Strategi Kognitif merupakan kemampuan yang mengatur perilaku belajar, mengingat dan berpikir seseorang. Kemampuan ini digunakan oleh peserta didik dalam memecahkan masalah secara kreatif.
Informasi Verbal merupakan kemampuan yang diperoleh peserta didik dalam bentuk informasi atau pengetahuan verbal.
Kemahiran Motorik merupakan kemampuan yang berkaita dengan kelenturan syaraf atau otot. Kemampuan ini umumnya lebih menekankan pada fungsi intelektual.
Fungsi merupakan kecenderungan peserta didik untuk merespon sesuatu. Setiap peserta didik memiliki sikap terhadap berbagai benda, orang dan situasi.
2.4 Hirarkhi Belajar
Sistematika hirarkhi tugas belajar yang dikemukakan oleh Gagne adalah didasarkan pada hasil penelitian dari para pakar psikologi. Tipe hirarkhi tugas belajar itu dipandang sebagai tahap-tahap yang saling mendasari, yakni dimulai dari tahapan yang paling rendah. Dengan demikian, hirarkhi tugas belajar yang berada di bawah menjadi landasan bagi kategori belajar yang berada di atasnya.
Penyusunan hirarkhi tugas belajar secara hirarkhi itu berarti bahwa hirarkhi tugas belajar yang berada di tingkat atas bersifat lebih kompleks, karena mencakup semua hirarkhi tugas belajar yang terdapat di bawahnya.
Gagne menyusun delapan hirarkhi tugas belajar meliputi: (1) belajar tanda (signal learning); (2) belajar stimulus (stimulus-response learning); (3) jalinan (chaining); (4) jalinan verbal (verbal chaining); (5) belajar membedakan (discrimination learning); (6) belajar konsep (concept learning); (7) belajar kaidah (rule learning); dan (8) pemecahan masalah (problem solving) (Gagne, 1977; Gagne dan Briggs, 1979; Romizoski, 1981).
Belajar tanda. Kategori belajar ini dapat disamakan dengan respon bersyarat seperti yang disampaikan oleh Pavlov. Perangsang alamiah secara spontan menimbulkan reaksi alamiah dengan perangsang lain yang secara spontan tidak menimbulkan reksi alamiah.
Belajar (asosiasi) Stimlus-Respon. Unsur pokok dalam belajar ini adalah penguatan (reinforcement). Dalam pola belajar ini dibentuk hubungan antara suatu stimulus dengan suatu respon berdasarkan efek yang mengikuti pemberian respon tertentu.
Belajar Jalinan Psikomotorik. Dalam belajar ini terdapat sejumlah langkah sebagai mata rantai dalam keseluruhan rangkaian gerakan yang dilakukan secara berurutan. Peserta didik harus mampu melakukan suatu gerakan lebih dahulu sebelum mampu melakukan keseluruhan rangkaiangerakan dalam urutan yang tepat. Gerakan yang dilakukan dalam urutan tertentu akan terbentuk suatu rangkaian motorik.
Belajar Jalinan Verbal. Dalam belajar ini peserta didik menghubungkan suatu kata dengan suatu objek yang berupa benda, orang atau kejadian, dan merangkaikan sejumlah kata dalam urutan yang tepat.Pada mulanya peserta didik belajar jalinan verbal dengan cara memberi nama suatu benda, objek atau peristiwa.
Belajar Perbedaan Jamak. Pola belajar ini menghasilakan kemampuan untuk membeda-bedakan antara objek yang terdapat di lingkungan fisik melalui proses pengamatan.
Belajar Konsep. Belajar konsep merupakan tipe belajar yang memungkinkan peserta didik mengidentifikasi objek berdasarkan pada gambaran yang telah diinternalisasi.
Belajar Kaidah. Kaidah merupakan jalinan antara dua konsep atau lebih. Penggabungsn ini akan membentuk pemahaman baru terhadap suatu objek yang berkaitan.
Pemecahan Masalah. Belajar ini menghasilkan prinsip yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Proses pemecahan masalah itu dilakukan dengan cara menghubung-hubungkan beberapa kaidah, sehingga membentuk suatu kaidah yang lebih tinggi (higher order rule) dan hal ini seringkali dilahirkan sebagai hasil berpikir pada waktu peserta didik menghadapi masalah baru.
2.5 Prinsip-Prinsip Belajar
Beberapa prinsip tentang belajar yang dikembangkan oleh Gagne dipandang sebagai kondisi eksternal adalah keterdekatan (contiguity), pengulangan (repetition) dan penguatan (reinforcement). Prinsip keterdekatan menyatakan bahwa situasi stimulus yang hendak direspon oleh pembelajar harus disampaikan sedekat mungkin waktunya dengan respon yang diinginkan. Prinsip pengulangan menyatakan bahwa situasi stimulus dan responnya perlu diulang-ulang atau dipraktikkan agar belajar dapat diperbaiki dan meningkatakan retensi belajar. Prinsip penguatan menyatakan bahwa belajar sesuatu yang baru akan diperkuat apabila belajar yang lalu diikuti oleh perolehan hasil yang menyenangkan.
Sedangkan prinsip yang dipandang sebagai kondisi internal mempunyai tiga prinsip, yaitu: informasi faktual (factual information), kemahiran intelektual (intelektual skills) dan strategi (strategy).
Informasi faktual dapat diperoleh melalui tiga cara, yaitu: a) dikomunikasikan kepada pembelajar, b) dipelajari oleh pembelajar sebelum memulai belajar baru, dan c) dilacak dari memori.
Kemahiran intelektual. Pembelajar harus memiliki berbagai cara dalam mengerjakan sesuatu, terutama yang berkaita dengan simbol-simbol bahasa dan lainya untuk mempelajari hal-hal baru.
Strategi. Setiap aktivitas belajar memerlukan pengaktifan strategi belajar dan meningkat. Kemampuan mengelola diri dalam belajar ini pada akhirnya menjadikan pembelajar sebagai pembelajar diri (self-learners).
2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Faktor-faktor yang memberikan kontribusi terhadap proses dan hasil belajar adalah kondisi internal dan eksternal peserta didik. Kondisi internal mencakup kondisi fisik (kesehatan organ tubuh), kondisi psikis (Kemampuan intelektual, emosional), dan kondisi sosial (kemampuan sosialisasi dengan lingkungan). Oleh karena itu kesempurnaan dan kualitas kondisi internal yang dimiliki peserta didik akan berpengaruh terhadap kesiapan, proses, dan hasil belajar. Peserta didik yang bermotivasi rendah, akan mengalami kesulitan di dalam persiapan belajar dan dalam proses belajar. Peserta didik yang mengalami hambatan bersosialisasi akan mengalami kesulitan di dalam beradaptasi dengan lingkungan, yang pada akhirnya mengalami hambatan belajar. Faktor-faktor internal ini dapat terbentuk sebagai akibat dari pertumbuhan, pengalaman belajar sebelumnya, dan perkembangan.
Faktor eksternal yang memengaruhi belajar, antara lain: variasi dan tingkat kesulitan materi belajar (stimulus) yang dipelajari (direspon), tempat belajar, iklim, suasana lingkungan, dan budaya belajar masyarakat akan memengaruhi kesiapan, proses, dan hasil belajar. Tempat belajar yang kurang memnuhi syarat, iklim atau cuaca yang panas dan menyengat, dan suasana bising akan mengganggu konsentrasi belajar.
Belajar yang berhasil, mempersyaratkan pendidik memperhatikan kemampuan internal peserta didik. Dengan kata lain, belajar tipe kemampuan baru harus dimulai dari kemampuan yang telah dipelajari sebelumnya (prior learning), dan menyediakan situasi eksternal yang bervariasi.

2.7 Jenis Belajar dan Kondisinya
Gagne (1979;1981) mengklasifikasikan apa yang dipelajari oleh pembelajar ke dalam lima macam, yaitu: informasi verbal; kemahiran intelektual; strategi kognitif; keterampilan motorik; dan sikap.
Informasi Verbal. Kemampuan dalam menyampaikan suatu ide atau gagasan kepada orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari, informasi verbal tersusun dalam bentuk kaitan antara satu dengan lainnya, sehingga pembelelajar dapat memperoleh seperangkat pengetahuan di berbagai bidang, baik yang bersifat praktis maupun teoritis. Semakin luas informasi verbal yang dimiliki, maka semakin besar pula kemungkinannya untuk menjadi ahli di bidang yang bersangkutan, karena informasi verbal itu menjadi bahan untuk berpikir.
Kemahiran Intetelektual. Pembelajar belajar berinteraksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol. Kategori kemahiran intelektual dibagi lagi oleh Gagne dalam empat sub kemampuan yang diurutkan secara hierarki. Pembelajar yang belum memiliki sub kemampuan yang berada dibawahnya akan mengalami kesulitan didalam mempelajari kemampuan yang berada diatasnya. Keempat sub kemampuan itu, adalah:
1. Diskriminasi Jamak. Pembelajar mampu membedakan antara objek yang satu dengan lainnya setelah melakukan pengamatan secara cermat terhadap berbagai objek. Sewaktu proses pengamatan, terbentuklah suatu persepsi. Dalam persepsi itu dikenal ciri-ciri fisik yang khas pada setiap objek seperti, warna, bentuk, ukuran, berat, dan sejenisnya. Berdasar persepsi itu, pembelajar mampu membedakan objek yang satu dengan yang lain, meskipun terdapat kemiripan.
2. Konsep. Konsep atau pengertian merupakan satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang memiliki ciri sama. Pembelajar yang memiliki konsep akan mampu melakukakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapi, sehingga objek tersebut ditempatkan dalam golongan tertentu. Konsep konkret menunjuk pada objek-objek di lingkungan fisik. Konsep konkret mewakili kelompok benda tertentu. Konsep definisi merupakan konsep yang mewakili realita kehidupan, namun tidak secara langsung menunjuk pada realita di lingkungan fisik, karena realita ini tidak kasat mata. Misalnya, pendidikan, keadilan, kebenaran, kekeluargaan, solidaritas, dsb.
3. Kaidah. Kaidah merupakan dua konsep atau lebih yanng saling dihubungkan sehingga terbentuk suatu ketentuan yang merepresentasikan suatu keteraturan. Pembelajar yang telah memahami kaidah akan mampu menghubungkan beberapa konsep.
4. Prinsip. Prinsip merupakan kombinasi dari beberapa kaidah sehingga terbentuk suatu kaidah yang bertaraf lebih tinggi dan lebih kompleks. Berdasar prinsip yang dipegang, pembelajar dapat memcahkan suatu masalah, dan menerapkan prinsip itu pada masalah lain yang sejenis.

Strategi Kognitif. Pembelajar telah belajar keterampilan untuk mengelola belajar, mengingat, dan berpikir. Dia telah belajar tentang cara-cara menghadirkan beberapa bagian teks tertulis (stimulus). Ketika dia diminta untuk mempelajari nama-nama objek yang tidak berkaitan, dia akan mencari hubungan antara nama-nama yang telah dikenali. Pembelajar yang telah memperoleh keterampilan ini memungkinkan dia mampu untuk menggambarkan secara rinci tentang peristiwa yang telah dilihatnya, atau materi pelajaran yang telah dipealjarinya. Pembelajar juga belajar mengenai tenkik berpikir, cara menganalisis masalah, dan pendekatan untuk memcahkan masalah. Pembelajar yang mampu mengarahkan aktivitas mentalnya sendiri di bidang kognitif akan jauh lebih efisien dan efektif dalam menggunakan semua konsep dan kaidah yang pernah dipelajari.
Keterampilan Motorik. Pembelajar telah belajar melakukan gerakan berupa tindakan motorik terorganisir. Ciri khas dari keterampilan motorik adalah otomatisme, yakni serangkaian gerakan secara teratur yang berjalan dengan lancar dan fleksibel, tanpa diperlukan banyak refleksi tentang apa yang harus dilakukan dan alasan mengikuti gerakan tertentu.
Sikap. Pembelajar telah memeroleh kondisi mental yang memengaruhi pilihan untuk bertindak. Kecenderungan untuk memilih objek yang terdapat pada diri pembelajar, bukan kinerja spesifik, dan disebut sikap. Sikap merupakan kemampuan internal yang berperan dalam pengambilan tindakan, lebih-lebih apabila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak.
Pembelajar yang memiliki sikap jelas akan mampu memilih secara tegas diantara berbagai kemungkinan tindakan. Tindakan yang akan dipilih, tergantung pada sikapnya terhadap penilaian akan untung dan rugi, baik dan buruk, memuasknan atau tidak memuaskan, dsb.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman.
Beberapa konsep tentang belajar mengandung tiga unsur utama, yaitu:
a. Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku
b. Perubahan Perilaku karena didahului oleh proses pengalaman
c. Perubahan perilaku karena belajar bersifat relatif permanen.
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik
Benyamin S. Bloom menyampaikan tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu: ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain) dan ranah psikomotorik (psycomotoric domain).
Gagne (1979;1981) mengklasifikasikan apa yang dipelajari oleh pembelajar ke dalam lima macam, yaitu: informasi verbal; kemahiran intelektual; strategi kognitif; keterampilan motorik; dan sikap.
3.2 Saran
Belajar bukanlah suatu kegiatan untuk memperoleh pengetahuan atau keterampilan dan sikap yang diperlukan oleh setiap orang, serta belajar bukanlah suatu kegiatan untuk memperoleh jawaban dari suatu masalah, tetapi belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh setiap orang sepanjang hayat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar