Rabu, 09 Desember 2009

metrologi ulir

BAB I
PENGUKURAN ULIR


A. PENDAHULUAN
Sistern ulir sudah dikenal dan sudah digunakan oleh manusia sejak beberapa abad yang talu. Tujuan diciptakannya sistem ulir ini pada dasarnya adalah mendapatkan cara yang mudah untuk menggabungkan atau menyambung dua buah komponen sehingga gabung­an ini menjadi satu kesatuan unit yang bermanfaat sesuai dengan fungsi­nya. Sebelum teknologi industri maju pembuatan ulir hanya dilakukan dengan tangan dan sudah tentu hasilnya kasar. Pada abad ke 18 yaitu pada masa Revolusi Industri, Inggris mulai rnemproduksi sistem ulir dengan peralatan yang waktu itu sudah dipunyai. Karena belum ada standarnya maka antara ulir yang satu dengan ulir yang lain (ulir luar dan ulir dalam) jarang diperoleh kecocokan waktu digabungkan. Pada tahun 1841 seorang ilmuwan Inggris bernama Sir Joseph WhItworth mulai rnencoba membuat standar ulir yang hasilnya sampai sekarang dikenal dengan name ulir Whitworth. Pada tahun 1864, William Sellers, seorang ilmuwan Amerika mengembangkan sistern ulir yang kemudian digunakan di Amerika Serikat pada masa tersebut. Ulir buatan Sellers ini diberi rekomendasi oleh Franklin Institut. Weskipun demikian, ulir Sellers tidak cocok dipasangkan dengan ulir Whitworth karena sudut ulirnya berbeda.
Pada tahun 1935, American Standard mulai mengenalkan standar sudut ulir sebesar 6T. Akan tetapi masih juga belum ada standar yang sama antara beberapa negara seperti Kanada, Inggris dan Amerika. Akhir­nya, pada masa perang dunia kedua, terjadi persetujuan antara Kanada, Inggris dan Amerika untuk menggabungkan standar ulir Inggris dan Amerika yang sekarang terkenal dengan nama ulir Unified. Dengan ulir unified ini penggunaan sistem ulir di ketiga negara tersebut men­jadi fleksibel karena adanya keseragaman dalam standarnya.
Dari sejarah singkat di atas nampak bahwa sejalan dengan per­kembangan teknologi perindustrian maka penyederhanaan sistem ulir pun mulai dilakukan. Dalam kaitan ini, Organisasi Standar Internasional (ISO) pun telah membuat standar tersendiri untuk sistem ulir. Perubahan‑perubahan dan pengembangan sistem standar ulir ini di­lakukan dengan maksud untuk memperoleh komponen‑komponen yang berulir, mempunyai sifat mampu tukar (interchangeability) dan dapat diproduksi dalam jumlah besar.
Kini, penggunaan sistem ulir untuk penyatuan dua komponen hampir terdapat dalam semua hasil teknologi. Dari hasil teknologi perindustrian yang tingkat ketelitiannya rendah (kasar) sampai pada hasil industri yang tingkat ketelitiannya sangat tinggi (presisi) tidak bisa lepas dari yang namanya ulir. Sistem ulir telah menjadi salah satu faktor penting dalam kemajuan industri pada semua jenis produksi. Makin tinggi tingkat ketelitian suatu komponen dibuat berarti makin tinggi pula tingkat ketelitian sistem ulirnya. Untuk dapat membuat komponen yang berulir maka perlu dipelajari seluk beluk mengenai ulir khususnya dalam hal sistem pengukurannya.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Yang diharapkan dalam pembelajaran ini adalah setiap mahasiswa mampu untuk menjelaskan tentang:
Menjelaskan fungsi ulir dalam kaitannVa dengan perlunya dilaku­kan. penqukuran ulir.
2. Menyebutkan bermacam‑macam ulir yang banyak digunakan dalam permesinan.
3. Menyebutkan elemen‑elemen penting dari ulir yang perlu diukur.
4. Menjelaskan standar umum dari suatu ulir, baik menurut system metrik maupun menurut sistem inci.
Memeriksa atau mengukur elemen‑elemen penting dari ulir de­ngan alat dan cara yang tepat, baik pengukuran secara langsung maupun pengukuran tak langsung.
Menjelaskan suaian dan toleransi dalam pembuatan komponen berulir (mur dan baut).
Menganalisis hasil‑hasil pengukuran ulir.

BAB II
METROLOGI ULIR

Dari hasil teknologi perindustrian yang tingkat ketelitiannya rendah (kasar) sampai pada hasil industri yang tingkat ketelitiannya sangat tinggi (presisi) tidak bisa lepas dari yang namanya ulir. Sistem ulir telah menjadi salah satu faktor penting dalam kemajuan industri pada semua jenis produksi. Makin tinggi tingkat ketelitian suatu komponen dibuat berarti makin tinggi pula tingkat ketelitian sistem ulirnya. Untuk dapat membuat komponen yang berulir maka perlu dipelajari seluk beluk mengenai ulir khususnya dalam hal sistem pengukurannya.

A. Jenis Ulir dan Fungsinya

Secara umum jenis ulir dapat dilihat dari gerakan ulir, jumlah ulir dalam tiap gang (pitch) dan bentuk permukaan ulir. Bisa juga jenis ulir ini dilihat dari standar yang digunakan, rnisalnya ulir Whitworth, ulir metrik dan sebagainya.

1. Jenis Ulir Menurut Arah Gerakan Mur Ulir
Menurut arah gerakan ulir dapat dibedakan dua macam ulir yaitu ulir kiri dan ulir kanan. Untuk mengetahui apakah suatu ulir termasuk ulir kiri atau ulir kanan dapat dilihat arah kemiringan sudut sisi ulir. Atau bisa juga dicek dengan memutar pasangan dari komponen‑kom­ponen yang berulir misalnya mur dan baut. Apabila sebuah mur di­pasangkan pada baut yang kemudian diputar ke kanan (searah jarum jam) ternyata murnya bergerak maju maka ulir tersebut termasuk ulir kanan. Sebaliknya, bila mur diputar arahnya ke kiri (berlawanan dengan arah jarum jam) ternyata murnya bergerak maju, maka ulir tersebut termasuk ulir kiri. Jadi, pada ulir kanan, kalau akan melepaskan mur dari bautnya maka mur harus diputar ke kiri. Sedangkan pada ulir kiri, untuk melepaskan murnya adalah dengan memutar mur ke kanan. Yang paling banyak digunakan adalah ulir kanan.

2. Jenis Ulir Menurut Jumlah Ulir 1 tiap gang (pitch)
Dilihat dari banyaknya ulir tiap gang (pitch) maka ulir dapat di­bedakan menjadi ulir tunggal dan ulir ganda.
Ulir ganda artinya dalam satu putaran (dari puncak ulir yang satu ke puncak ulir yang lain) ter­dapat febih dari satu ulir, misainya dua ulir, tiga ulir dan empat ulir. Untuk ulir ganda ini biasanya disebutkan berdasarkan jumlah ulirnya, rnisainya ganda dua, ganda tiga dan ganda empat. Gambar 4.1 menun­jukkan bagan dari utir tunggal dan utir ganda. Melihat bentuknya, maka satu putaran pada ulir ganda dapat memindahkan jarak yang lebih panjang darl pada satu putaran ulir tunggal.

3. Jenis Ulir Menurut Bentuk Sisi Ulir
Melihat bentuk dari sisi ulir ini maka ulir dapat dilbedakan men­jadi ulir segi tiga, segi empat, trapesium,parabol (knuckle). Bentuk ulir ini juga ada kaitannya dengan standar yang digunakan.
4. Fungsi Ulir
Dengan adanya sistem ulir memungkinkan kita untuk menggabung­kan atau menyambung beberapa komponen menjadi satu unit produk jadi. Berdasarkan hal ini maka fungsi dari ulir secara umum dapat di­katakan sebagai berikut :

- Sebagai alat pemersatu, artinya menyatukan beberapa komponen menjadi satu unit barang jadi. Biasanya yang digunakan adalah ulir‑ulir segi tiga baik ulir yang menggunakan standar ISO, British Standard maupun American Standard.
- Sebagai penerus daya, artinya sistern ulir digunakan untuk memindahkan suatu daya menjadi daya lain misalnya sistern ulir pada dongkrak, sistem ulir pada poros berulir (transportir) pada mesin-­mesin produksi, dan sebagainya. Dengan adanya sistem ulir ini maka beban yang relatif berat dapat ditahan/diangkat dengan daya yang relatif ringan. Ulir segi empat banyak digunakan di sini.
- Sebagai salah satu alat untuk mencegah terjadinya kebocoran, terutama pada sistem ulir yang digunakan pada pipa. Kebanyakan yang dipakai untuk penyambungan pipa. ini adalah ulir‑ulir Whit­worth.

B. Beberapa Istilah Penting pada Ulir
Penggunaan kata istilah di atas tidak untuk menunjukkan adanya arti‑arti lain dari ulir, melainkan untuk menunjukkan adanya dimensi ­dimensi yang penting untuk diketahui setiap kali membicarakan masa­lah ulir.

1 . Diameter mayor (diameter iuar) adalah diameter terbesar dari ulir.
2. Diameter minor (diameter inti) adalah diameter terkencil dari lir.
3. Diameter pit (diameter tusuk) adalah diameter semu yang letak­nya di antara diameter luar dan diameter inti. Pada radius dari dia­meter tusuk inilah letaknya titik‑titik singgung antara pasangan dua buah ulir sehingga pada titik‑titik tersebutlah yang akan menerima beban terberat sewaktu pasangan ulir dikencangkan.
4. Jarak antara puncak ulir yang disebut juga dengan istilah pitch merupakan dimensi yang cukup besar pengaruhnya terhadap pasangan ulir. Karena apabila jarak antara puncak ulir yang satu dengan puncak ulir yang lain tidak sama maka ulir ini tidak bisa dipasangkan dengan ulir yang lain yang jarak puncak ulirnya masing‑masing adalah sama. Kalaupun bisa tentu dengan jalan dipaksa yang akhirnya juga akan merusakkan ulir yang sudah betul. Akibatnya pasangan dari beberapa komponen dalam satu unit pun tidak bisa bertahan lama. Jadi, dalam proses pembuatan jarak puncak ulir harus diperhatikan betul‑betul, sehingga kesalahan yang terjadi pada jarak puncak ulir masih dalam batas‑batas yang diijinkan.
5. Sudut ulir adalah sudut dari kedua sisi permukaan ulir yang satu­annya dalam derajat. Untuk American Standard dan ISO sudut ulirnya adalah 6T. Untuk ulir Whitworth sudut ulirnya 5T.

C. Standar Umum untuk Ulir PITCH (P)
Yang akan dibicarakan di sini adalah ulir menurut ISO Metrik dan MUR ulir Unified. Ulir ISO metrik satuannya dalam milimeter dan ulir Unified satuannya dalam inci. Keterangan selanjutnya dapat dilihat pada gambar‑gambar berikut.
Pembuatan ulir bisa dilakukan dengan bermacam cara antara lain yaitu dengan: mesin bubut, snei, tap, dan kadang‑kadang bisa juga dengan mesin‑ freis. Yang paling banyak dilakukan adalah dengan mesin bubut dan dengan snei atau tap. Karena pembuatan ulirnya sebagian besar dengan mesin maka kesalahan dalam pembuatan bisa saja terjadi.

D. Analisis Kesalahan pada Ulir
Dari gambar yang diperbesar dapat dituliskan di sini bahwa: Kesalahan‑kesalahan yang mungkin terjadi pada waktu membuat D F ulir dengan menggunakan mesin antara lain adalah: kesalahan diameter = sin a DE = mayor, kesalahan diameter minor, kesalahan diameter pitch, kesalahan DE sin a sudut sisi ulir dan kesalahan pitch.
Bagian‑bagian penting dari ulir yang harus diukur antara lain adalah: diameter mayor (luar), diameter minor (inti), diameter efektif (tusuk/pit), sudut ulir dan jarak puncak ulir.

1. Pengukuran Diameter Mayor Ulir
Untuk pengukuran secara kasar dapat dilakukan dengan menggunakan mistar ingsut/jangka sorong. Untuk pengukuran yang lebih teliti lagi dapat digunakan mikrometer yang memang khusus untuk mengukur uhr, biasanya digunakan mikrometer pana. Untuk mendapat hasil pengukuran yang lebih teliti lagi, baik dibandingkan dengan meng­gunakan mistar ingsut maupun dengan menggunakan mikrometer pana, adalah dengan menggunakan alat yang disebut Floating Carriage (Bench) Micrometer. Secara sederhana dapat dilihat gambar dari Bench Micro­meter berikut ini.
Untuk melakukan pengukuran menggunakan Bench Micrometer dipe sebagai silinder standar. Misalnya Silinder standar diukur diameter jarum penunjuk (fiducial indikator dari mikrometernya) dapat dibaca ukuran Bench Micrometer, Midilepas dan diganti dengan ulirnya.
Diameter mayor ulir dengan meng­ros atau silinder yang presisi silinder standar adalah Ds. N Bench Micrometer di mana ys menunjukkan posisi nol ~ja diameter silinder menurut 1. Kemudian silinder standar tidak diukur diameter mayor­ dicatat harga penqukuran yang pi nya P2. Dengan demikian ulir yang besarnya adalah diameter mayor uhr. diameter silinder standart pembacaan mikrometer igukuran sifinder standar pembacaan mikrometer digukuran diameter mayor ulir.

2. Pengukuran Diameter Minor
Alat ukur yang bisa digunakan untuk rnengukur diameter minor (inti) ulir antara lain adalah, ulir yang ujung ukurnya berbentuk runcing dan Bench Micrometer. Bila pengukurannya dengan mikrometer biasa yang kedua muka ukurnya memang khusus untuk pengukuran diameter inti ulir maka pembacaan hasil pengukurannya dapat langsung diibaca pada skala ukur mikrometer tersebut.
Apabila alat ukur yang digunakan adalah Bench Wicrometer maka cara pengukurannya juga sama dengan pengukuran diameter mayornya. Ambil silinder standar dan ukurlah dengan Bench Micrometer. Misalnya diameter silinder standar adalah Ds, dan hasil pembacaan mikrometer terhadap silinder standar misalnya Rj. Kemudian silinder standar dile­paskan dari Bench Mikro meter dan diganti dengan ulir yang akan di­ukur. Untuk pengukuran diameter inti diperlukan, alat bantu lain yaitu prisma yang biasanya sudah disediakan sebagai pelengkap dari Floating Carriage Micrometer. Prismanya diletakkan sedemikian rupa sehingga bagian yang tajam (sisi prisma) masuk pada sudut ulir. Dengan memutar mikrometer maka batang prisma yang digunakan tepat menyentuh per­mukaan ukur dengan catatan babwa kedudukan fiducial indicator harus betul‑betul pada posisi nol. Dengan mikrometer dapat diketahui besar­nya harga pengukuran, misainya R2.

3. Pengukuran Diameter Efektif (Tusuk)
Untuk melakukan pengukuran diameter efektif ulir bisa dilakukan dengan menggunakan mikrometer ulir dan dengan metode dua atau tiga kawat. diameter poros standar (diketahui) R2 = hasil baca diameter standar (fiducial indicator = 0) R1 = hasil diameter inti ulir (fiducial indicator = 0)

Ø Pengukuran Diameter Efektif dengan Mikirometer Ulir
Alat yang digunakan adalah mikrometer biasa, namun ujung dar sensornya mempunyai bentuk yang khusus sehingga dapat menyentuh muka ukur dengan posisi yang pas. Dengan adanya ujung kontak (sensor yang kbusus ini maka hasil pengukurannya dapat dibaca langsung pada skala ukur mikrometer yang digunakan. Bentuk‑bentuk dari ujung sensor mikrometer pengukur diameter efektif ini antara lain adalah sebagai berikut:
a. Sisi ujung yang diperpendek, bentuk ini sering dipakai.
b. Bentuk ujung penuh, sering digunakan untuk ulir dengar pits yang kecil
c. Bentuk ujung dengan sudut yang kecil, biasa untuk mengukur diameter inti.

Ø Metode Pengukuran dengan Dua Kawat
Cara pengukuran ini adalah dengan jalan meletakkan kawat dengan diameter tertentu masing‑masing pada tempat yang berlawanan. Dengan menggunakan perhitungan dari beberapa persamaan maka dapat dicari hubungan antara diameter kawat dengansudutulir dan diameter efektif
Beberapa garis di gambar sebelah kanan BC merupakan garis diameter BC pitch efektif, BC 112 pitch, BC jarak puncak ulir
Untuk mempermudah pengukuran maka perlu juga diketahui adanya diameter kawat maksimum dan minimum. Berdasarkan pengalaman maka dapat disusun suatu tabel tentang ukur­an diameter kawat untuk pengukuran ulir.

Ø Metode Pengukuran dengan Tiga Kawat
Untuk pengukuran diameter efektif dengan metode tiga kawat juga dilakukan dengan perhitungan‑perhitungan sehingga diperoleh persamaan‑persamaan tertentu. Dengan adanya persamaan‑persamaan itu maka dapat dihitung hubungan antara diameter kawat dengan sudut ulir dan diameter efektif.
Ø Pengukuran Sudut dan Jarak Puncak Ulir
Untuk pengukuran sudut ulir dan jarak puncak‑ ulir bisa digunakan alat ukur pembanding misainya mal ulir, juga bisa digunakan pryektor bentuk (profile projector). Dengan menggunakan mal ulir kita dapat mengecek langsung besarnya sudut dan juga besarnya jarak puncak ulir, terutama untuk ulir‑ulir dalam ukuran kecil yang jarak puncak ulirnya berkisar antara 0.25 ‑ 6.00 mm bagi ulir metrik, di antara 2Y2‑ 28 gang per inci untuk ulir inci.
Gambar 4.23 adalah gambar mal ulir menurut American National Stan dard yang satuannya dalam inci. Terdiri dari 28 bilah, satu bilah khusus untuk mengecek sudut ulir dan 27 bilah lainnya untuk mengecek jarak puncak ulir.
Apabila bentuk ulirnya dalam ukuran yang besar tidak memung­kinkan diukur dengan mal ulir maka lebih baik digunakan dua buah rot baja untuk mencari sudut ulir. Kedua rol baja diameternya harus berbeda.

Selain dengan mal ulir pengukuran sudut ulir dan jarak puncak ulir bisa juga dengan menggunakan proyektor bentuk, tetapi untuk ulir‑ulir yang berdimensi relatif kecil dan dengan pertimbangan tidak akan merusak kaca landasan ukur dari proyektor bentuk.

Ø Pengukuran Ulir Dalam
Untuk ulir‑ulir bagian dalam (lubang‑lubang yang berulir) peng­ukurannya adalah lebih sulit dari pada pengukuran ulir luar. Untuk memeriksa diameter besar dan diameter inti biasanya digunakan alat ukur kaliber batas poros pengukur ulir (thread plug gauge) yang diberi batasan GO dan NO GO. Kaliber poros pemeriksa ulir ini mempunyai bentuk ulir yang agak kurus dengan sudut ulir yang agak kecil serta longgar pada diameter intinya. Untuk memeriksa diameter efektif ulir dalam dapat digunakan kaliber poros pemeriksa ulir GO dan NO GO.
Pada bagian diameter puncak dan diameter pembuatannya dilonggarkan, namun masih tetap mempunyai sudut dan jarak kisar yang tepat. Sedangkan untuk memeriksa diameter kecilnya bisa digunakan kaliber poros yang lurus yang permukaannya rata dan halus, disebut juga kaliber poros tirus GO dan NO GO (plug plain gauge). Untuk mengukur sudut dan jarak puncak ulir dapat dilakukan dengan cara membuat suatu
cetakan sehingga cetakan yang terjadi menyerupai ulir luar. Bahan untuk membuat cetakan tersebut biasanya adalah belerang atau lak. Pengukuran yang dilakukan adalah terhadap cetakan yang kita buat dan alat ukur yang digunakan biasanya dengan proyektor bentuk. Untuk mencetak ulir dalarn dengan lak maka tidak semua ulirnya di­ cetak, tetapi cukup sepertiganya saja. Bila bahan yang dibuat untuk cetakan, adalah lilin rnaka sebaiknya lilin itu dilengkapi pegangan dimasukan ng dicowak (dikurangi sebaglan permukaannya), ke­mudian lilin yang ada di ujung pipa tersebut ditekankan pada ulir. De­ngan cara‑cara tersebut akan diperoleh profil‑profil dari ulir dalam yang kemudian dilakukan penqukuran seperti halnya mengukur ulir luar.

1.1. Toleransi Ulir
Seperti halnya poros dan lubang, maka untuk mur dan baut juga berlaku hal yang sama dalam kaitannya dengan masalah toleransi. Untuk mendefinisikan daerah toleransi ada tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu garis nol sebagai garis profit dasar, penyimpangan fundamental dari posisi daerah toleransi. Untuk ulir baut biasanya daerah‑toleransinya adalah c, g, dan h. Sedangkan untuk ulir mur daerah toleransinya adalah G dan H.

Untuk suaian yang sering digunakan pada pasangan antara mur dan baut adalah H/g, H/h dan G/h. MisaInya : untuk ulir M6, digunakan pasangan 6H/6g, untuk ulir M12 x 1.25, digunakan pasangan 5H14h,
untuk ulir M20 x 2, digunakan pasangan 7G16h.
Penyimpangan bawah untuk toleransi H adalah: E 1 H ~0. Untuk kelas toteransi 8: Tc12(8) = 1.6 Td2(6). Untuk diameter minor mur dengan kelas toleransi 6 diperoleh harga penyimpangan atas untuk toleransi e adalah = toleransinya.

1.2. Kelas Toleransi Ulir d p m, d = diameter luar ulir
Menurut ISO 4218, toleransi dari ulir ada 7 kelas yaitu kelas 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9. Kelas 3, 4 dan 5 digunakan untuk ulir‑ulir yang presisi, melihat persamaan‑persamaan di atas maka nampaknya kelas di mana variasi suaian sedikit/kecil dan jarak/panjang pasangan ulirnya adalah pendek. Kelas toleransi ulir nomor 6 adalah untuk kelas yang toleransi 6 merupakan dasar untuk menghitung toleransi dari kelas ­menengah di mana mur dan baut yang dibuat diperlukan untuk pernakelas yang lain. Berdasarkan pengalaman, maka dapat dihitung harga ­saran.
Kelas toleransi 7, 8 dan 9 adalah untuk ulir‑ulir yang kurang harga toleransi untuk kelas toleransi selain 6 yaitu untuk perhitungan presisi, diameter efektifnya baik untuk baut maupun mur toleransi yang digunakan untuk pern Rumus‑rumus untuk toleransi diameter efektif baut dengan kelas.
Berikut ini beberapa kelas ada diameter minor dan toleransi 3, 4, 5, 7, 8, d an 9: buatan ulir pada mur dan baut, khususnya p diameter mayor.
Diameter minor mur D 1 kelas toleransinya: 4, 5, 6, 7, dan 8. Tde(3) = 0.5 Tde(6) Tde(4) = 0.63 Tde(6)
Diameter mayor baut d2 kelas toleransinya: 4, 6 dan Tde(5) = 0.8 Tde(6) Tdeffl = 1.25 Tde(6)
Diameter efektif mur De, kelas toleransinya: 4, 5, 6, 7, 8. Tde(g) = 1.6 Tde(6) Tde(9) = 2 Tde(6)

Diameter efektif baut de, kelas toleransinya: 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9.
Beberapa rumus yang digunakan menghitung toleransi tersebut. Untuk harga toleransi dari diameter mayor baut pada kelas toleransi 6, rumusnya adalah: TDe(6) = 1.32 Tde(6) TDeffl = 1.7 Tde(6)
Td2(6) = 180 ‑'~' P^‑ ‑ 3.15 pm TDe(g) = 2.12 Tde(6)


1.3 Suaian Ulir
Untuk ulir dan baut (ISO Metrik) ada tiga kelas suaian yang biasa digunakan. Ketiga suaian tersebut adalah untuk membuat pasangan mur Pasangan mur dan baut dengan close suaian close, medium dan free. Fit merupakan pasangan mur dan baut yang memerlukan kerapatan yang tinggi. Sedangkan untuk medium dan free merupakan pasangan mur dan baut biasanya digunakan untuk permesinan, terutama yang suaian dengan sifat sedikit bebas (free) karena memang dibuat untuk maksud‑maksud tertentu misalnya untuk perakitan dan reparasi yang memerlukan waktu cepat dan proses pengerjaannya mudah.
Untuk mendapatkan pasangan mur dan baut dengan suaian close, medium dan free digunakan toleransi H, h dan 9. Sedangkan kualitas toleransinya antara 4,5,6,7 dan 8.
Ulir unified adalah salah satu jenis ulir yang satuannya dalam inci.
Bentuk standar ulir unified dapat dilihat pada gambar 4.4 di muka. Untuk diameter efektifnya maka perhitungan toleransi berkaitan erat dengan diameter mayor, panjangnya pasangan mur dan baut, dan jarak puncak ulir.
Menurut standar dari British Standard Spesification untuk ulit Whit­woth, besarnya konstanta‑konstanta tersebut adalah: a. 0.002, b 0.003, dan c = 0.005, sernua dalam inci.
Ulir Unified atau ulir‑ulir dengan sistern inci pada umumnya mem­punyai jenis‑jenis suaian sebagai berikut: Free fit, banyak dijual di toko­toko suku cadang untuk keperluan permesinan secara umum.
Bentuk ulir ini bila diperiksa dengan kaliber ulir maka kaliber ulir dapat ber­putar dengan bebas, akan tetapi masih tetap tidak terlalu longgar lepas. Medium fit, kebanyakan digunakan pada ulir‑ulir yang dibuat di bengkel (toolroom) untuk keperluan khusus dalam permesinan.
Pada ulir dengan kelas suaian menengah (medium fit), apabila bentuk ulirnya diperiksa dengan kaliber pemeriksa ulir, maka kaliber pemeriksa harus diputar dengan sedikit paksaan, tapi tidak terialu ringan dan tidak pula terialu keras memutarnya. Close fit, pada waktu memeriksa ulirnya dengan kaliber pemeriksa ulir, maka kaliber tersebut harus betul‑betul mem­punyai kerapatan yang sempurna dengan permukaan ulir.
Untuk kelas toleransi dari ulir Unified menurut British, Standard 1580 ada tiga kelas yaitu kelas 1A, 2A, dan 3A digunakan untuk me­nunjukkan kelas toleransi dari ulir luar (baut), sdangkan kelas 1B, 2B dan 3B digunakan untuk menunjukkan kelas toleransi dari ulir dalarn (mur).
Kelas toleransi 1A dan 1B untuk perakitan kemponen­-komponen yang cepat dan cara yang mudah, juga diperlukan sedikit kelonggaran pada pasangannya (free fit). Keias toler.ansi 2A dan 2B untuk mur‑mur dan baut‑baut yang toleransinya lebih sernpit dari pada toleransi kelas 1A dan 1B, biasanya digunakan untuk keperluan per­mesinan secara umum yang suatan pasangannya termasuk jenis suaian menengah (medium fit). Kelas toleransi 3A dan 3B digunakan untuk ulir‑ulir yang memerlukan kerapatan yang tinggi di mana ketepatan jarak tempuh kisar (lead) dan sudut ulir merupakan elernen yang pen­ting. Ulir dengan kelas toleransi 3A dan 3B ini khusus digunakan untuk produksi komponen‑komponen dengan kualitas tinggi. Adapun simbol untuk ulir dengan toleransi 313 yang dianjurkan untuk digunakan adalah: 1/2 ‑ 13 NC ‑ 3B.

Untuk toleransi diameter efektif kelas 2A dapat dihitung dengan
Rumus :
TD . e(2A) = 0.0015‑YD + 0.0015‑,/L + 0.015.VP‑

D = diameter mayor
L = panjang pasangan
p = pitch

Untuk ulir dalam (mur) dengan kelas 2B diameter efektifnya telah di­buat 3001 lebib besar dari pada kelas 2A di atas.
Untuk kelas 1 A dan 1 B diameter ektifnya adalah 1.5 kali harga. toleransi kelas 2A dan 2B. Sedangkan untuk kelas 3A dan 3B toleransi diameter efektifnya adalah 3/4 kalli harga toleransi Was 2A dan 2B.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar