Rabu, 27 Oktober 2010

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

A. PENDAHULUAN
Dalam kerangka perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan, kepemimpinan merupakan salah satu cabang dari kelompok ilmu administrasi dan lebih khusus lagi merupakan bagian daripadailmu administrasi negara.
Sedang ilmu administrasi sendiri merupakan salah satu cabang ilmu terapan atau ilmu sosian yang merupakan salah satu perkembangan ilmu Filsafat di samping ilmu Eksakta dan Humaniora.
Kepemimpinan atau leadershipp termasuk kelompok ilmu terapan atau “Applied Sciences”, dari ilmu-ilmu sosial, sebab prinsip-prinsip, rumus-rumus serta dalil-dalilnya bermanfaat dala meningkatkan kesejahteraan kehidupan manusia. Seperti layaknya ilmuilmu lain kepemimpinan memberikan peranan dan bertujuan untuk :
1. Memberikan atau menyajikan berbagai pengertian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah-masalah kepemimpinan.
2. Memberikan berbagai macam penafsiran serta pendekatam terhadap permasalahan yang berkaitan dengan kepemimpinan.
3. Memberikan pengaruhnya dalam dalam menggunakan berbagai cara dan pendekatan dalam usaha ikut serta menyelesaikan atau memecahkan berbagai persoalan yang timbul dan berkaitan dengan ruang lingkup kepemimpinan.
Sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan, kepemimpinan memberikan peranan penting dalam rangka manajemen.
Kepala sekolah merupakan pemimping tertinggi di sekolah. Pola kepemimpinananny akan sangat berpengaruh bahkan menentukan terhadap kemajuan sekolah. Oleh karena itu, dalam pendidikan modern kepemimpinan kepala sekolah merupakan jabatan strategis dalam mencapai tujuan pendidikan. Dengan kata lain, bagaimana cara kepala sekolah untuk membuat orang lain bekerja untuk mencapai tujuan kepala sekolah.
B. TUJUAN
1. Menjelaskan pengertian kepemimpinan pendidikan
2. Menjelaskan fungsi dan tugas pemimpin pendidikan
3. Menjelaskan kriteria kepemimpinan kepala sekolah yang efektif
4. Menjelaskan persamaan dan perbedaan tipe-tipe kepemimpinan
5. Menjelasaskan gaya kepemimpinan yang cocok untuk situasi staf yang dipimpin.
6. Menjelasakan fungsi kepala sekolah sebagai manajer.

C. MATERI
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan diartikan sebagai hal yang berhubungan dengan pekerjaan memimpin. Ia dapat mengenai orang, watak, sifat kegiatan atau perilakunya.
Para ahli memberikan batasan kepemimpinan berdasarkan pandangan pribadi dan aspek-aspek yang diilai paling baik menurut mereka.
Kepemimpinan sering diartikan sebagai sifat: sifat, perilaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain, paham, interaksi/hubungan kerjasam antar peran atau kedudukan administrasi tertentu (Wahjo Sumidjo,2002). Mulyasa (2003) mengartikan kepemimpinan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi.
Pada hakekatnya, kepemimpinan adalah ilmu dan seni untuk mempengaruhi dan mengarahkan orang / bawahan / pengikut / pendukung / dengan cara membangun kepatuhan, kesetiaan, kepercayaan, hormat dan bekerja sama dengan penuh semangat dalam mencapai tujuan organisasi.
Untuk mencapai keberhasilan, seorang pemimpin perlu bersikap adil, memberi sugesti, memberikan dukungan, bertindak sebagai katalisator, menciptakan rasa aman, sebagai sumber inspirasi, sebagai pelindung dan sebagai atasan. Kemampuan dasar (leadership skills) yang perlu dimiliki seorang pemimpin menurut Suites dalam buku Wahjo Sumidjo (2002) adalah technical skills, human skills dan conceptual skills.
2. Pengertian Pemimpin
Menurut bahasa, pemimpin adalah orang yang memimpin, orang yang memegang tangan sambil berjalan untuk menuntun, menunjukkan jalan orang yang bimbang, orang yang menunjukkan jalan dalam arti kiasan, orang yang melatih, mendidik, mengajari supaya akhirnya dapat mengerjakan sendiri. Pemimpin juga berarti orang yang memimpin dalam arti kiasan seperti penuntun atau pemuka.


Ada beberapa definisi tentang pemimpin antara lain:
a) “Leaders area persons others want to follow, leaders are the ones who command the trust and loyalty of followers – the great persons who capture the imagination and admiration of those with whom they deal. . . . .” (Don Helhiegel, 1982)
b) “Leader is one who succeeds in getting others follow him” (Cowley, 1928)

3. Fungsi dan Tugas Pemimpin
Berdasarkan pengertian definisi sebagaimana dikemukakan diatas lain:
a. Membangkitkan kepercayaan dan loyalitas bawahan
b. Mengkomunikasikan gagasan kepada orang lain
c. Mempengaruhi orang lain
d. Mengkoordinasikan sejumlah kegiatan
Sedang fungsi seorang pemimping misalnya:
1. Menciptakan perubahan secara efektif didalam penampilan kelompok.
2. Menggerakan orana lain sehingga secara sadar orang lain tersebut melakukan apa yang dikehendaki oleh pemimpin.
Nilai –nilai penting dalam definisi-definisi pemimpin adalah
1. Adanya kewibawaan yaitu kekuasaan atau hak untuk mengeluarkan perintah yang harus ditaati
2. Keberhasilan pemimpin ditentukan oleh seberapa besar jauh bawahan memberi dukungan
3. Faktor komunikasi antar manusia (human relation) memegang peranan strategik.
Fungsi pemimpin menurut dua pakar manajemen berikut yang dapat memperkaya pemahaman tentang pemimpin yaitu :
A. James A.F Stoner (Management, 1982)
Agar kelompok dapat beroperasi secara efektif, seorang pemimpin mempunyai du fungsi pokok, yaitu:
a. Fungsi pemecahan masalah. Dalam fungsi ini pemimpin memberikan saran dalam pemecahan masalah serta memberikan sumbangan informasi dan pendapat.
b. Fungsi menjaga keutuhan kelompok. Seorang pemimpin membantu kelompok-kelompok beroperasi lebih lancar, memberikan persetujuan atau melengkapi anggota kelompok yang lain, menjembatani kelompok yang berselisih pendapat.
B. Pendapat Selznick yang disitas oleh Richard H. Hall dalam bukunya yang berjudul Organization Structure and Process (1982):
a. Mendefinisikan misi dan peranan organisasi
b. Menciptakan kebijaksanaan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

4. Keberhasilan Pemimpin
Keberhasilan kepemimpinan pada hakikatnya berkaitan dengan tingkat kepedulian seorang pemimpin terhadap 2 orientasi, yaitu:
Organizational achievement yang mencakup: produksi, pendanaan, kemampuan adaptasi dengan progrsm-program inovatif dan sebagainya. Organization maintenance yang mencakup : kepuasan bawahan, motivasi dan semangat kerja.
5. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah cara yang dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi para pengikutnya. Gaya kepemimpinan merupakan suatu pola perilaku seorang pemimpin yang khas pada saat mempengaruhi anak buahnya, apa yang dipilih oleh pemimpin untuk dikerjakan, cara pemimpin bertindak dalam mempengaruhi anggota kelompok membentuk gaya kepemimpinannya. Untuk memahami gaya kepemimpinan, sedikitnya dapat dikaji dari tiga pendekatan utama, yaitu pendekatan sifat perilaku dan situasional.
1. Pendekatan Sifat
Pendekatan sifat mencoba menerangkan sifat-sifat yang membuat seseorang berhasil. Pendekatan ini bertolak dari asumsi bahwa individu merupakan pusat kepemimpinan. Menurut Sutisna (1993), pendekatan sifat berpendapat bahwa terdapat sifat-sifat tertentu, seperti kekuatan fisik, atau keramahan yang esensiil, pada kepemimpinan yang efektif.
Dengan demikian, ada seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat bawaan yang membedakannya dari seorang yang bukan pemimpin. beberapa syarat yang harus dimiliki pemimpin adalah kekuatan fisik daan susunan syaraf, penghayatan terhadap arah dan tujuan., keramahatamahan, integritas, keahlian teknis, kemampuan mengambil keputusan, intelegensi, ketrampilan memimpin dan kepercayaan (Tead, 1963).
2. Pendekatan Perilaku
Pendekatan ini memfokuskan dan mengidentifikasi perilaku yang khas dari pemimpin dari kegiatannyamempengaruhiorang lain (pengikutnya). Dalam pembahsan ini berturut-turut disajikan berbagai hasil studi mengenaigaya kepemimpinan yang menggunakan pendekatan perilaku.
a. Studi Kepemimpinan Universitas OHIO
Penelitian ini memperoleh gambaran mengenai dua dimensi utama dari perilaku pemimpin yang dikenal sebagai pembuatan inisiatif (initiating structure) dan perhatian (consideration).
Pembuatan inisiatif menggambarkan bagaimana seseorang pemimpin memberi batasan dan struktur terhadap peranannya dan peran bawahannya untuk mencapai tujuan. Adapun konsiderasi menggambarkan derajat dan corak hubungan seorang pemimpin dengan bawahannya yang ditandai dengan saling percaya, menghargai dan menghormati dengan bawahannya.
b. Studi Kepemimpinan Universitas Michigan
Pusat penelitian Universitas Michigan melakukan suatu penelitian pada saat yang hampir bersamaan dengan Universitas Ohio. Studi ini mengidentifikasikan dua konsep yang disebut orientasi bawahan dan produksi (Hersey and Blanchard, 1977)
Pemimpin yang menekankan pada orientasi bawahan sangat memperhatikan bawahan, mereka merasa bahwa setiap karyawan itu penting dan menerima karyawan sebagai pribadi.
c. Jaringan Manajemen
Jaringan manajemen (manajemen grid) dikembangkan oleh Blake dan Mouton, dalam pendekatan ini, manajer berhubungan dengan dua hal yakni perhatian pada produksi di satu pihak dan perhatian pada orang-orang di pihak lain.
d. Sistem Kepemimpinan Likert
Likert mengembangkan suatu pedekatan penting untuk memahami perilaku pemimpin Ia mengembangkan teori kepemimpinan menjadi dua dimensi yaitu orientasi tugas dan individu.
3. Pendekatan Situasional
Pada pendekatan Situasional ini, kepemimpinan lebih merupakan fungsi situasi dari pada sebagai kualitas pribadi dan merupakan suatu kualitas yang timbul karena interaksi orang-orang dalam situasi tertentu.
Ada beberapa studi kepemimipinan yang menggunakan pendekatan ini.
a) Teori Kepemimpinan Kontingensi
Teori ini dikembangkan oleh Fiedler and Chemers, berdasarkan hail penelitiannya tahun 1950, disimpulkan bahwa seseorang menjadi pemimpin bukan saja karena faktor kepribadian yang dimiliki, tetapi juga karena berbagai faktor situasi dan saling hubungan antara pemimpin dengan situasi. Menurut Fiedler tak ada gaya kepemimpinan yang cocok untuk semua situasi, serta tiga faktor yang perlu dipertimbangkan yaitu hunungan antara pemimpin dan bawahan, struktur tugas serta kekuasaan yang berasal dari organisasi.
b) Teori Kepemimpinan Tiga Dimensi
Dikemukakan oleh Reddin, guru besar Universitas New Brunswick, Canada. Menurutnya ada tiga dimensi untuk menentukan gaya kepemimpinan yaitu perhatian pada produksi dan tugas, perhatian pada orang dan dimensi efektifitas. Memiliki empat gaya dasar kepemimpinan yaitu integrated, related, separated dan dedicated. Selanjutnya gaya kepemimpinan dikelompokkan ke dalam gaya efektif dan tidak efektif.
c) Teori Kepemimpinan Situasional
Teori ini merupakan pengembangan dari tiga dimensi, yang berdasar pada hubungan antara tiga faktor yaitu perilaku tugas (task behavior), perilaku hubungan (relationship behavior) dan kematangan (maturity). Dari ketiga faktor tersebut, tingkat kematangan anak buah merupakan faktor yang paling dominan. Maka tekanan utama dari teori ini terletak pada perilaku pemimpin dalam hubungannya dengan anak buah.
Gaya kepemimpinan yang tepat untuk diterapkan dalam keempat tingkat kematangan anak buah dan kombinasi yang tepat antara perilaku tugas dan hubungan antara lain: gaya mendikte (telling), gaya menjual (selling), gaya melibatkan diri (participacing) dan gaya mendelegasikan (delegating).
6. Kepemimpinan Dalam Peningkatan Kerja
Satu hal penting yaitu peranan kepemimpinan kepala sekolah dalam kaitannya dengan pengembangan guru. Prinsip-prinsip kepemimpinan harus dikaitkan dengan peranan kepala sekolah dan kedudukan pemimpin lainya yang relevan, dan peranan kepemimpinan khusus yang meliputi hubungan dengan staf, siswa, orang tua siswa dan orang lain di luar komunitas tempat sekolah itu berada.
Fungsi pemimpin hendaknya seperti yang dikatakan Ki Hajar Dewantara: “ing ngarso sung tulodho ing madya mangun karso, tut wuri hadayani” (di depan menjadi teladan, di tengah membina kemauan, di belakang menjadi pendorong). Dalam rangka melaksanakan MBS, kepala sekolah sebagai pemimpin harus memiliki kemapuan diantaranya berkaitan dengan pembinaan disiplin pegawai dan motivasi.
a) Pembinaan Disiplin
Disiplin merupakan suatu yang penting untuk menanamkan rasa hormat terhadap wewenang, menanamkan kerjasama dan merupakan kebutuhan untuk berorganisasi, serta menanamkan rasa hormat kepada orang lain.

Strategi umum membina disiplin menurut Taylor dan User (1982) antara lain: Konsep Diri, Keterampilan Berkomunikasi, Konsekuensi Logis, Klarifikasi nilai, Latihan Keefektifan Pemimpin dan Terapi Realitas.
b) Pembangkitan Motivasi
Motivasi merupakan faktor yang dominan dan dapat menggerakkan faktor-faktor lain ke arah efektifitas kerja. Motivasi sering disamakan dengan mesin dan kemudi mobil, yang berfungsi sebagai penggerak atau pengarah.
Ada dua jenis motivasi yaitu intrinsik dan ekstrinsik (Owen, Cs, 1981). Motivasi Intrinsik adalah motivasi yang datang dari diri seseorang, misalnya pegawai melakukan suatu kegiatan karena ingin menguasai suatu keterampilan tertentu sesuai pekerjaan. Motivasi Ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari lingkungan di luar diri seseorang, misalnya pegawai bekerja karena ingin mendapat pujian atau hadiah.
7. Status dan Peran kepala Sekolah
Menurut Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0296 Tahun 1996 Kepala Sekolah adalah guru yang memperoleh tambahan tugas untuk memimpin penyelenggaraan pendidikan dan upaya peningkatan mutu pendidikan sekolah. Menurut ketentuan ini masa tugas kepala sekolah adalah 4 (empat) tahun yang dapat diperpanjang satu kali masa tugas. Bagi mereka yang memiliki prestasi yang sangat baik dapat ditugaskan di sekolah lain tanpa tenggang waktu.
Kepala sekolah selain memimpin penyelenggaraan pendidikan di sekolah juga berperan/berfungsi sebagai pendidik, manager, administrator, supervisor, pemimpin, pembaharu dan pembangkit minat.

8. Tugas kepala Sekolah
Dalam melaksanakan sejumlah peran/ fungsinya kepala sekolah melaksanakan tugas yang banyak dan kompleks:
a) Dalam perannya sebagai pendidik, kepala sekolah bertugas: membimbing guru, karyawan, siswa, mengembangkan staf, mengikuti perkembagan IPTEK dan menjadi contoh dalam proses pembelajaran.
b) Dalam perannya sebagai manajer, kepala sekolah bertugas sebagai: menyusun program, menyusun pengorganisasian sekolah, menggerakkan staf, mengoptimalkan sumber daya sekolah dan mengendalikan kegiatan.
c) Sebagai administrator kepala sekolah bertugas: mengelola administrasi, KBM dan BK, kesiswaan, ketenagaan, keuangan, sarana dan prasarana, persuratan dan urusan rumah tangga sekolah.
d) Sebagai supervisor, kepala sekolah bertugas: menyusun program supervisi pendidikan dan memanfaatkan hasil supervisi.
e) Sebagai pemimpin, kepala sekolah bertugas: menyusun dan mensosialisasikan visi dan misi suatu program sekolah, mengambil keputusan dan melakukan komunikasi.
f) Sebagai pembaharu, kepala sekolah bertugas: mencari dan melakukan pembaharuan dalam berbagai aspek, mendorong guru staf, dan orang tua untuk memahami dan memberikan dukungan terhadap pembaharuan yang ditawarkan.
g) Sebagai pembangkit minat (motivator) kepala sekolah bertugas: menyihir lingkungan kerja, suasana kerja, membangun prinsip penghargaan dan hukuman (reward and punishment) yang sistemik.


9. Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Efektif
Kepala sekolah merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan sekolah, yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah dan pendidikan pada umumnya direalisaikan. Sehubungan dengan MBS, kepala sekolah dituntut untuk senantiasa meningkatkan efektifitas kinerja. Dengan begitu, MBS sebagai paradigma baru pendidikan dapat memberikan hasil yang memuaskan.
Kepemimpinan kepala sekolah yang efektifdalam MBS dapat dilihat berdasarkan kriteria berikut:
a) Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar dan produktif.
b) Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
c) Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan.
d) Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain di sekolah.
e) Bekerja dengan tim manajemen, serta
f) Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Pidarta (1988) mengemukakan tiga macam keterampilan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah untuk mensukseskan kepemimpinannya, yaitu: Keterampilan Konseptual (keterampilan untuk memahami dan mengoprasikan organisasi), Keterampilan Manusiawi (keterampilan untuk bekerjasama, memotivasi, dan memimpin) serta keterampilan Teknik (keterampilan dalam menggunakan pengetahuan, metode, teknik, serta perlengkapan untuk menyelesaikan tugas tertentu).

D. KESIMPULAN
 Kepemimpinan adalah Kegiatan untuk mempengaruhi orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi.
 Pemimpin adalah Orang yang memimpin suatu organisasi yang memegang tangan sambil berjalan untuk menuntun dan membimbing orang agar akhirnya dapat mengerjakan sendiri.
 Fungsi Pemimpin:
- Menciptakan perubahan secara efektif di dalam penampilan kelompok
- Menggerakan orang lain sehingga secara sadar orang tersebut melakukan apa yang dikehendaki pemimpin
 Tugas Pemimpin:
- Membangkitkan kepercayaan dan layolitas bawahan
- Mengkomunikasikan gagasan kepada oranglain
- Mempengaruhi orang lain
- Mengkoordinasikan sejumlah pemimpin
 Ada tiga faktor yang merupakan tiga dimensi dalam situasi yang mempengaruhi gaya kepemimpinan, yaitu:
a) Hubungan antara pemimpi dengan bawahan
b) Struktur tugas
c) Kekuasaan yang berasal dari organisasi

HAKEKAT BELAJAR

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Setiap orang, baik disadari ataupun tidak, selalu melaksanakan kegiatan belajar. Kegiatan harian yang dimulai dari bangun tidur sampai dengan tidur kembali akan selalu diwarnai oleh kegiatan belajar. Seseorang yang tiba-tiba melihat petani sedang mencangkul sawah, misalnya,kemudian didalam otaknya terlintas pikiran betapa beratnya kehidupan petni dalam menghasilkan bahan makanan, sehingga muncul perasaan mengahargai jerih payah petani.
Ilustrasi ini telah menunjukan adanya pengalaman belajar dan telah menghasilkan perubahan perilakuberupa tindakan menghargai karya petani pada diri orang tersebut.
Efektivitas belajar yang dilakukan oleh peserta didik disekolah todak semata-mara ditentukan oleh derajat pemilikan potensi peserta didik yang bersangkutan, melainkan juga lingkungan, terutama pendidik yang profesional.
Ada kecenderungan bahwa sikap yang menenangkan, kehangatan, persaudaraan, tidak menakutkan, dan sejenisnya, dipandang sebagian orang sebagai pendidik yang baik.
Pendidik profesional dituntut memiliki karasteristik yang lebih dari aspek-aspek tersebut seperti kemampuan untuk menguasai bahan belajar, keterampilan peserta didikan , dan evaluasi peserta didikan.
Dengan demikian prifesionalitas pendidik merupakan totalitas perwujudan kepribadian yang ditampilkan sehingga mampu mendorong peserta didik untuk belajar efektif.


1.2 Tujuan Pembelajaran
Tujuan umum pembelajaran ini adalah mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan dan memahami tentang hakekat belajar secara keseluruhan yang teringkas dalam beberapa poin diantaranya: pengertian belajar, unsur-unsur belajar, hasil belajar, hirarkhi tugas, prinsip-prinsip belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan jenis-jenis belajar dan kondisinya.
Hasil belajar tersebut ditentukan oleh bagaimana proses belajar itu berlangsung dan kompleksitas faktor internal dan eksternal yang berada dalam situasi belajar.
1.3 Manfaat Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa mempunyai kemampuan untuk:
1) Menjelaskan pengertian belajar
2) Menjelaskan unsur-unsur belajar
3) Menjelaskan hasil belajar
4) Menjelaskan hirarkhi tugas belajar
5) Menjelaskan prinsip-prinsip belajar
6) Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
7) Menjelaskan jenis-jenis belajar dan kondisinya


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Belajar
Menurut Gage dan Berliner (1983:252) menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. Morgan et. Al (1986:140) mengungkapakan bahwa belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil praktik atau pengalaman. Gagne (1977: 3) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia yang berlangsung selama periode waktu tertentu dan perubahan perilaku tersebut tidak bersal dari proses pertumbuhan.
Dari pengertian-pengertian tersebut tampak bahwa konsep tentang belajar mengandung tiga unsur utama, yaitu:
a. Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku
Perilaku mengacu pada suatu tindakan atau berbagai tindakan. Dalam kegiatan sekolah, perubahan perilaku itu mengacu pada kemampuan mengingat atau menguasai berbagai bahan belajar dan kecenderungan perserta didik memiliki sikap dan nilai-nilai yang diajarkan oleh pendidik. Untuk mengukur apakah seseorang telah belajar atau belum belajar diperlukan adanya perbandingan antara perilaku sebelum dan setelah mengalami kekgiatan belajar. Apabila terjadi perbedaan perilaku, maka dapat disimpulkan bahwa orang tersebut telah belajar. Contohya adadalah perubahan perilaku seorang siswa yang dapat diwujudkan dalam bentuk menulis, membaca dan berhitung.
b. Perubahan Perilaku karena didahului oleh proses pengalaman
Pengalaman dapat membatasi jenis-jenis perubahan perilaku ang dipandang mencerminkan beljar. Pengalaman dalam pengertian belajar dapat berupa pengalaman fisik, psikis dan soisal. Oleh karena itu perubahan perilaku yang disebabkan oleh faktor obar-obatan, adaptasi penginderaan dan kekuatan mekanik, misalnya, tidak dipandang sebagai perubahan yang disebabkan oleh pengalaman. Perubahan perilaku karena pertumbuhan kemartangan fisk , seperti tinggi dan berat badan dan kekuatan fisik tidak dapat dipandang sebagai hasil belajar. Karena pertimbuhan dan kematangan fisik menjadi dyarat utama untuk belajar.
c. Perubahan perilaku karena belajar bersifat relatif permanen.
Lamanya perubahan perilaku yang terjadhi pada diri seseorang adalah sukar untuk diukur. Perubahan perilaku iru dapat berlangsung selama satu hari, satu minggu, satu bulan ataupun bertahun-tahun.
Membaca merupakan bagian kecil dari kegiatan belajar yang dilakukan oleh setiap orang dalam kehidupannya. Ketika seseorang bangun tidur, mengenakan pakaian, makan pagi dan memulai memikirkan apa yang akan dilakukan pada hari itu, kegiatanm itu selalu diikiuri oleh tindakan belajar. Demikian pula tindakan berpikir yang sering dilakukan oleh seseorang akan memunculkan sikap trhadap orang lain atau peristiwa yang dapat membuatnya senang atau takut. Seseorang yang mampu memahami proses belajar pada kehidupan nyata, maka ia akan mampu menjelaskan segala sesuatu yang ada dilingkungannya. Demikian pula jika seseorang memahami prinsip-prinsip belajar, maka ia akan mampu mengubah perilaku seperti yang diinginkan.
Pengertian belajar adalah berbedad dengan pertumbuhan dan perkembangan (Shephert dan Ragan, 1982: 35-36). Pertumbuhan (growth) merupakan karakteristik individu yang diperoleh dari kehidupan. Belajar (learning) mengacu pada perubahan perilaku yang terjadi yang terjadi sebgai akibat dari interaksi antar individu dengan lingkungannya. Apa yang dipelajari seseorang dapat diuraikan dan disimpulkan dari pola-pola perubahan perilakunya.
Perkembangan (development) mengacu pada perubahan yang dihasilkan dari kombinasi pengaruh pertumbuhan dan belajar. Perkembangan emosional, misalnya, adalah bukan semata-mata dipengaruhi oleh kemangatan fisik, melainkan juga karena faktor belajar.
2.2 Unsur-Unsur Belajar
Belajar merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat berbagai unsur yang saling kait-mengait sehingga menghasilkan perunahan perilaku (Gagne, 1977:4). Beberapa unsur yang dimaksud adalah sebgai berikut :
1. Peserta Didik. Istilah peserta didik dapat diuraikan sebgai pesert didik, warga belajar dan peserta pelatihan yang sedang melakukan kegiatan belajar. Peserta didik memiliki organ penginderaan yang digunakan unruk rangsangan; otak yang digunakan untuk menginformasikan hasil penginderaan kedalam memoti yang kompleks. Dan syaraf arau otot yang digunakan untuk menampilkan kinerja yang menunjukan apa yang telah dipelajari. Dalam proses belajar. Rangsangan (stimulus) yang diterima oleh peserta didik diorganisir dalam syaraf dan ada beberapa rangsangan yang disimpan didalam memori. Kemudian memoti tersebut diterjemahkan kedalam tindakan yang dapat diamati seperti gerakan syaraf atau otot dalam merespon stimulus.
2. Rangsangan (stimulus). Peristiwa yang merangsang penginderaan peserta didik disebut stimulus. Banyak stimulus yang berada di lingkungan seseorang. Suara, sinar, watna, dingin dan sebagainya adalah stimulus yang selalu berada di lingkungan seseorang. Agar peserta didik mampu belajar optimal, ia harus memfokuskan pada stimulus tertentu yang diminati.
3. Memori. Memori yang ada pada peserta didik berisi pelbagai kemampuan yang berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang dihasilkan dari kegiatan belajar sebelumnya.
4. Respon. Tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori disebut respon. Peserta didik yang sedang mengamati stimulus akan mendorong memori memberikan respon terhadap stimulus tersebut. Respon dalam peserta didik dapat diamati pada akhir proses belajar yang disbeut dengan perubahan perilaku atau perubahan kinerja (performance).

2.3 Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik. Oleh karena itu apabila peserta didik mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep.
Tujuan peserta didikan merupakan bentuk harapan yang dikomunikasikan melalui pernyataan dengan cara menggambarkan perubahan yang diinginkan pada diri peserta didik, yakni pernyataan tentang apa yang diinginkan pada diri peserta didik setelah menyelesaikan pengalaman belajar.
Untuk mengukur kemampuan peserta didik di dalam mencapai tujuan peserta didikan tersebut diperlukan adanya pengamatan kinerja (performance) peserta didik sebelum dan setelah peserta didikan berlangsung, serta mengamati perubahan kinerja yang telah terjadi.
Dalam kegiatan belajar, tujuan yang harus dicapai oleh setiap individu dalam belajar memiliki beberapa peranan penting, yaitu:
1. Memberikan arah pada kegiatan peserta didikan
2. Untuk mengetahui kemajuan belajar dan perlu tidaknya pemberian peserta didikan pembinaan bagi peserta didik (remidial teaching)
3. Sebagai lahan komunikasi agar dapat mengkomunikasikan tujuan peserta didikannya kepada peserta didik, sehingga peserta didik dapat mempersiapkan diri dalam mengikuti proses peserta didikan.
Benyamin S. Bloom menyampaikan tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu: ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain) dan ranah psikomotorik (psycomotoric domain).
Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup kategori pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis) dan penilaian (evaluation).
Pengetahuan didefinisikan sebagai perilaku mengingat atau mengenali informasi (materi peserta didikan) yang telah dipelajari sebelumnya.
Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan memperoleh makna dari materi peserta didikan.
Penerapan mengacu pada kemampuan menggunakan materi peserta didikan yang telah dipelajari di dalam situasi baru dan kongrit.
Analisis mengacu pada kemampuan memecahkan material ke dalam bagian-bagian sehingga dapat dipahami struktur organisasinya.
Sintesis mengacu pada kemampuan menggabungkan bagian-bagian dalam rangka membentuk struktur baru.
Penilaian mengacu pada kemampuan membuat keputusan tentang nilai materi peserta didikan (pernyataan, novel, puisi, laporan) untuk tujusn tertentu.
Ranah afektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat dan nilai. Kategori tujuannya mencerminkan hirarki yang berentangan dari keinginan untuk menerima sampai dengan pembentukan pola hidup. Kategori tujuan peserta didikan afektif adalah penerimaan (receiving), penanggapan (responding), penilaian (valuing), pengorganisasian (organization) dan pembentukan pola hidup (organization by a value complex).
Penerimaan mengacu pada keinginan peserta didik untuk menghadirkan rangsangan atau fenomena tertentu (aktivitas kelas, buku, teks, musik dan sebagainya).
Penanggapan mengacu pada partisipasi aktif pada diri peserta didik. Pada peserta ini peserta didik tidak hanya menghadirkan fenomena tertentu tetapi juga mereaksikannya dengan berbagai cara.
Pengorganisasian berkaitan dengan perangkaian nilai-nilai yang berbeda, memecahkan kembali konflik-konflik antar nilai dan mulai menciptakan sistem nilai yang konsisten secara internal.
Pembentukan pola hidup mengacu pada individu peserta didik memiliki sistem nilai yang telah mengendalikan perilakunya dalam waktu cukup lama sehingga mampu mengembangkannya menjadi karakteristik gaya hidupnya.
Ranah Psikomotorik berkaitan dengan kemampuan fisik seperti keterampilan fisik dan syaraf, manipulasi objek dan koordinasi syaraf. Kategori jenis perilaku untuk ranah psikomotorik menurut Elizabeth Simpson adalah persepsi (perception), kesiapan (set), gerakan terbimbing (guided response), gerakan terbiasa (mechanism), gerakan kompleks (complex overt response), penyesuaian (adaptation) dan kreativitas (originality).
Persepsi berkaitan dengan penggunaan organ penginderaan untuk memperoleh petunjuk yang memandu kegiatan motorik.
Kesiapan mengacu pada pengambilan tipe kegiatan tertentu. Kategori ini mencakup kesiapan mental (kesiapan mental untuk bertindak) dan kesiapan jasmani (kesiapan jasmani untuk bertindak).
Gerakan terbimbing berkaitan dengan tahap-tahap awal di dalam belajar keterampilan kompleks.
Gerakan terbiasa berkaitan dengan tindakan kinerja dimana gerakan yang telah dipelajari itu telah menjadi biasa dan gerakan dapat dilakukan dengan sangat meyakinkan dan mahir.
Gerakan kompleks berkaitan dengan kemahiran kinerja dari tindakan motorik yang mencakup pola-pola gerakan kompleks. Kecakapan ditunjukkan melalui kecepatan, kehalusan, keakuratan dan yang memerlukan energi minimum.
Penyesuaian berkaitan dengan keterampilan yang dikembangkan sangat baik individu partisipan dapat memodofikasi pola-pola gerakan sesuai dengan persyaratan-persyaratan baru atau ketika menemui situasi masalah baru.
Kreativitas mengacu pada penciptaan pola-pola gerakan baru untuk disesuaikan dengan situasi tertentu atau masalah-masalah tertentu.
Gagne dan Briggs mengklarifikasikan tujuan peserta didikan ke dalam lima kategori, yaitu: (1) Kemahiran intelektual (intelectual skills), (2) strategi kognitif (cognitive strategies), (3) informasi verbal (verbal information), (4) kemahiran motorik (motor skills) dan (5) sikap (attitudes).
Kemahiran Intelektual merupakan kemampuan yang membuat individu kompeten. Kemahiran ini berentangan mulai dari kemahiran bahasa sederhana.
Strategi Kognitif merupakan kemampuan yang mengatur perilaku belajar, mengingat dan berpikir seseorang. Kemampuan ini digunakan oleh peserta didik dalam memecahkan masalah secara kreatif.
Informasi Verbal merupakan kemampuan yang diperoleh peserta didik dalam bentuk informasi atau pengetahuan verbal.
Kemahiran Motorik merupakan kemampuan yang berkaita dengan kelenturan syaraf atau otot. Kemampuan ini umumnya lebih menekankan pada fungsi intelektual.
Fungsi merupakan kecenderungan peserta didik untuk merespon sesuatu. Setiap peserta didik memiliki sikap terhadap berbagai benda, orang dan situasi.
2.4 Hirarkhi Belajar
Sistematika hirarkhi tugas belajar yang dikemukakan oleh Gagne adalah didasarkan pada hasil penelitian dari para pakar psikologi. Tipe hirarkhi tugas belajar itu dipandang sebagai tahap-tahap yang saling mendasari, yakni dimulai dari tahapan yang paling rendah. Dengan demikian, hirarkhi tugas belajar yang berada di bawah menjadi landasan bagi kategori belajar yang berada di atasnya.
Penyusunan hirarkhi tugas belajar secara hirarkhi itu berarti bahwa hirarkhi tugas belajar yang berada di tingkat atas bersifat lebih kompleks, karena mencakup semua hirarkhi tugas belajar yang terdapat di bawahnya.
Gagne menyusun delapan hirarkhi tugas belajar meliputi: (1) belajar tanda (signal learning); (2) belajar stimulus (stimulus-response learning); (3) jalinan (chaining); (4) jalinan verbal (verbal chaining); (5) belajar membedakan (discrimination learning); (6) belajar konsep (concept learning); (7) belajar kaidah (rule learning); dan (8) pemecahan masalah (problem solving) (Gagne, 1977; Gagne dan Briggs, 1979; Romizoski, 1981).
Belajar tanda. Kategori belajar ini dapat disamakan dengan respon bersyarat seperti yang disampaikan oleh Pavlov. Perangsang alamiah secara spontan menimbulkan reaksi alamiah dengan perangsang lain yang secara spontan tidak menimbulkan reksi alamiah.
Belajar (asosiasi) Stimlus-Respon. Unsur pokok dalam belajar ini adalah penguatan (reinforcement). Dalam pola belajar ini dibentuk hubungan antara suatu stimulus dengan suatu respon berdasarkan efek yang mengikuti pemberian respon tertentu.
Belajar Jalinan Psikomotorik. Dalam belajar ini terdapat sejumlah langkah sebagai mata rantai dalam keseluruhan rangkaian gerakan yang dilakukan secara berurutan. Peserta didik harus mampu melakukan suatu gerakan lebih dahulu sebelum mampu melakukan keseluruhan rangkaiangerakan dalam urutan yang tepat. Gerakan yang dilakukan dalam urutan tertentu akan terbentuk suatu rangkaian motorik.
Belajar Jalinan Verbal. Dalam belajar ini peserta didik menghubungkan suatu kata dengan suatu objek yang berupa benda, orang atau kejadian, dan merangkaikan sejumlah kata dalam urutan yang tepat.Pada mulanya peserta didik belajar jalinan verbal dengan cara memberi nama suatu benda, objek atau peristiwa.
Belajar Perbedaan Jamak. Pola belajar ini menghasilakan kemampuan untuk membeda-bedakan antara objek yang terdapat di lingkungan fisik melalui proses pengamatan.
Belajar Konsep. Belajar konsep merupakan tipe belajar yang memungkinkan peserta didik mengidentifikasi objek berdasarkan pada gambaran yang telah diinternalisasi.
Belajar Kaidah. Kaidah merupakan jalinan antara dua konsep atau lebih. Penggabungsn ini akan membentuk pemahaman baru terhadap suatu objek yang berkaitan.
Pemecahan Masalah. Belajar ini menghasilkan prinsip yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Proses pemecahan masalah itu dilakukan dengan cara menghubung-hubungkan beberapa kaidah, sehingga membentuk suatu kaidah yang lebih tinggi (higher order rule) dan hal ini seringkali dilahirkan sebagai hasil berpikir pada waktu peserta didik menghadapi masalah baru.
2.5 Prinsip-Prinsip Belajar
Beberapa prinsip tentang belajar yang dikembangkan oleh Gagne dipandang sebagai kondisi eksternal adalah keterdekatan (contiguity), pengulangan (repetition) dan penguatan (reinforcement). Prinsip keterdekatan menyatakan bahwa situasi stimulus yang hendak direspon oleh pembelajar harus disampaikan sedekat mungkin waktunya dengan respon yang diinginkan. Prinsip pengulangan menyatakan bahwa situasi stimulus dan responnya perlu diulang-ulang atau dipraktikkan agar belajar dapat diperbaiki dan meningkatakan retensi belajar. Prinsip penguatan menyatakan bahwa belajar sesuatu yang baru akan diperkuat apabila belajar yang lalu diikuti oleh perolehan hasil yang menyenangkan.
Sedangkan prinsip yang dipandang sebagai kondisi internal mempunyai tiga prinsip, yaitu: informasi faktual (factual information), kemahiran intelektual (intelektual skills) dan strategi (strategy).
Informasi faktual dapat diperoleh melalui tiga cara, yaitu: a) dikomunikasikan kepada pembelajar, b) dipelajari oleh pembelajar sebelum memulai belajar baru, dan c) dilacak dari memori.
Kemahiran intelektual. Pembelajar harus memiliki berbagai cara dalam mengerjakan sesuatu, terutama yang berkaita dengan simbol-simbol bahasa dan lainya untuk mempelajari hal-hal baru.
Strategi. Setiap aktivitas belajar memerlukan pengaktifan strategi belajar dan meningkat. Kemampuan mengelola diri dalam belajar ini pada akhirnya menjadikan pembelajar sebagai pembelajar diri (self-learners).
2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Faktor-faktor yang memberikan kontribusi terhadap proses dan hasil belajar adalah kondisi internal dan eksternal peserta didik. Kondisi internal mencakup kondisi fisik (kesehatan organ tubuh), kondisi psikis (Kemampuan intelektual, emosional), dan kondisi sosial (kemampuan sosialisasi dengan lingkungan). Oleh karena itu kesempurnaan dan kualitas kondisi internal yang dimiliki peserta didik akan berpengaruh terhadap kesiapan, proses, dan hasil belajar. Peserta didik yang bermotivasi rendah, akan mengalami kesulitan di dalam persiapan belajar dan dalam proses belajar. Peserta didik yang mengalami hambatan bersosialisasi akan mengalami kesulitan di dalam beradaptasi dengan lingkungan, yang pada akhirnya mengalami hambatan belajar. Faktor-faktor internal ini dapat terbentuk sebagai akibat dari pertumbuhan, pengalaman belajar sebelumnya, dan perkembangan.
Faktor eksternal yang memengaruhi belajar, antara lain: variasi dan tingkat kesulitan materi belajar (stimulus) yang dipelajari (direspon), tempat belajar, iklim, suasana lingkungan, dan budaya belajar masyarakat akan memengaruhi kesiapan, proses, dan hasil belajar. Tempat belajar yang kurang memnuhi syarat, iklim atau cuaca yang panas dan menyengat, dan suasana bising akan mengganggu konsentrasi belajar.
Belajar yang berhasil, mempersyaratkan pendidik memperhatikan kemampuan internal peserta didik. Dengan kata lain, belajar tipe kemampuan baru harus dimulai dari kemampuan yang telah dipelajari sebelumnya (prior learning), dan menyediakan situasi eksternal yang bervariasi.

2.7 Jenis Belajar dan Kondisinya
Gagne (1979;1981) mengklasifikasikan apa yang dipelajari oleh pembelajar ke dalam lima macam, yaitu: informasi verbal; kemahiran intelektual; strategi kognitif; keterampilan motorik; dan sikap.
Informasi Verbal. Kemampuan dalam menyampaikan suatu ide atau gagasan kepada orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari, informasi verbal tersusun dalam bentuk kaitan antara satu dengan lainnya, sehingga pembelelajar dapat memperoleh seperangkat pengetahuan di berbagai bidang, baik yang bersifat praktis maupun teoritis. Semakin luas informasi verbal yang dimiliki, maka semakin besar pula kemungkinannya untuk menjadi ahli di bidang yang bersangkutan, karena informasi verbal itu menjadi bahan untuk berpikir.
Kemahiran Intetelektual. Pembelajar belajar berinteraksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol. Kategori kemahiran intelektual dibagi lagi oleh Gagne dalam empat sub kemampuan yang diurutkan secara hierarki. Pembelajar yang belum memiliki sub kemampuan yang berada dibawahnya akan mengalami kesulitan didalam mempelajari kemampuan yang berada diatasnya. Keempat sub kemampuan itu, adalah:
1. Diskriminasi Jamak. Pembelajar mampu membedakan antara objek yang satu dengan lainnya setelah melakukan pengamatan secara cermat terhadap berbagai objek. Sewaktu proses pengamatan, terbentuklah suatu persepsi. Dalam persepsi itu dikenal ciri-ciri fisik yang khas pada setiap objek seperti, warna, bentuk, ukuran, berat, dan sejenisnya. Berdasar persepsi itu, pembelajar mampu membedakan objek yang satu dengan yang lain, meskipun terdapat kemiripan.
2. Konsep. Konsep atau pengertian merupakan satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang memiliki ciri sama. Pembelajar yang memiliki konsep akan mampu melakukakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapi, sehingga objek tersebut ditempatkan dalam golongan tertentu. Konsep konkret menunjuk pada objek-objek di lingkungan fisik. Konsep konkret mewakili kelompok benda tertentu. Konsep definisi merupakan konsep yang mewakili realita kehidupan, namun tidak secara langsung menunjuk pada realita di lingkungan fisik, karena realita ini tidak kasat mata. Misalnya, pendidikan, keadilan, kebenaran, kekeluargaan, solidaritas, dsb.
3. Kaidah. Kaidah merupakan dua konsep atau lebih yanng saling dihubungkan sehingga terbentuk suatu ketentuan yang merepresentasikan suatu keteraturan. Pembelajar yang telah memahami kaidah akan mampu menghubungkan beberapa konsep.
4. Prinsip. Prinsip merupakan kombinasi dari beberapa kaidah sehingga terbentuk suatu kaidah yang bertaraf lebih tinggi dan lebih kompleks. Berdasar prinsip yang dipegang, pembelajar dapat memcahkan suatu masalah, dan menerapkan prinsip itu pada masalah lain yang sejenis.

Strategi Kognitif. Pembelajar telah belajar keterampilan untuk mengelola belajar, mengingat, dan berpikir. Dia telah belajar tentang cara-cara menghadirkan beberapa bagian teks tertulis (stimulus). Ketika dia diminta untuk mempelajari nama-nama objek yang tidak berkaitan, dia akan mencari hubungan antara nama-nama yang telah dikenali. Pembelajar yang telah memperoleh keterampilan ini memungkinkan dia mampu untuk menggambarkan secara rinci tentang peristiwa yang telah dilihatnya, atau materi pelajaran yang telah dipealjarinya. Pembelajar juga belajar mengenai tenkik berpikir, cara menganalisis masalah, dan pendekatan untuk memcahkan masalah. Pembelajar yang mampu mengarahkan aktivitas mentalnya sendiri di bidang kognitif akan jauh lebih efisien dan efektif dalam menggunakan semua konsep dan kaidah yang pernah dipelajari.
Keterampilan Motorik. Pembelajar telah belajar melakukan gerakan berupa tindakan motorik terorganisir. Ciri khas dari keterampilan motorik adalah otomatisme, yakni serangkaian gerakan secara teratur yang berjalan dengan lancar dan fleksibel, tanpa diperlukan banyak refleksi tentang apa yang harus dilakukan dan alasan mengikuti gerakan tertentu.
Sikap. Pembelajar telah memeroleh kondisi mental yang memengaruhi pilihan untuk bertindak. Kecenderungan untuk memilih objek yang terdapat pada diri pembelajar, bukan kinerja spesifik, dan disebut sikap. Sikap merupakan kemampuan internal yang berperan dalam pengambilan tindakan, lebih-lebih apabila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak.
Pembelajar yang memiliki sikap jelas akan mampu memilih secara tegas diantara berbagai kemungkinan tindakan. Tindakan yang akan dipilih, tergantung pada sikapnya terhadap penilaian akan untung dan rugi, baik dan buruk, memuasknan atau tidak memuaskan, dsb.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman.
Beberapa konsep tentang belajar mengandung tiga unsur utama, yaitu:
a. Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku
b. Perubahan Perilaku karena didahului oleh proses pengalaman
c. Perubahan perilaku karena belajar bersifat relatif permanen.
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik
Benyamin S. Bloom menyampaikan tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu: ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain) dan ranah psikomotorik (psycomotoric domain).
Gagne (1979;1981) mengklasifikasikan apa yang dipelajari oleh pembelajar ke dalam lima macam, yaitu: informasi verbal; kemahiran intelektual; strategi kognitif; keterampilan motorik; dan sikap.
3.2 Saran
Belajar bukanlah suatu kegiatan untuk memperoleh pengetahuan atau keterampilan dan sikap yang diperlukan oleh setiap orang, serta belajar bukanlah suatu kegiatan untuk memperoleh jawaban dari suatu masalah, tetapi belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh setiap orang sepanjang hayat.

Jumat, 22 Oktober 2010

PERUBAHAN IKLIM (PEMANASAN GLOBAL)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Perubahan Iklim”, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang “Perubahan Iklim” yang sedang terjadi. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.








BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Semenjak manusia zaman purbakala sampai dengan zaman sekarang, manusia selalu mengalami perkembangan dalam setiap periode waktu yang dilewatinya. Peradaban manusia sekarang telah mengalami banyak kemajuan. Selama perkembangan itu, manusia menjalani kehidupan dengan bergantung pada pertanian dan agrikultur. Melalui orientasi kehidupan tersebut, manusia selalu berusaha menjaga dan melestarikan lingkungannya dengan sebaik-baiknya yang bertujuan untuk menjaga kelangsungan hidup manusia.
Salah satu dampak revolusi industri yang telah terjadi dan masih terus berlanjut pada masa sekarang dalam kehidupan dan peradaban manusia adalah dampaknya bagi lingkungan yang ada di sekitar manusia itu sendiri. Ekspansi usaha yang dilakukan oleh para pelaku industri seperti pembangunan pabrik-pabrik dan pembuatan produksi dengan kapasitas besar dengan mengesampingkan perhatian terhadap dampaknya bagi lingkungan secara perlahan namun pasti telah mengakibatkan kelalaian yang pada akhirnya akan merugikan lingkungan tempat tinggal manusia dan kehidupannya.
Para ahli lingkungan telah menemukan indikasi adanya dampak yang terbesar bagi lingkungan dan dunia secara global akibat usaha perindustrian yang dilakukan dan telah berkembang pesat saat ini. Dampak negatif ini adalah terjadinya pemanasan di dunia dan sering disebut sebagai Global Warming yang diantara beberapa akibatnya adalah perubahan iklim yang terjadi di bumi sekarang ini.


1.2 Identifikasi Masalah
Timbulnya masalah perubahan iklim yang merupakan masalah lingkungan ini telah menimbulkan berbagai macam pertanyaan, yaitu penyebab, keberadaan dan dampak yang diakibatkan dari pemanasan global.
Perubahan iklim ini mengakibatkan berbagai dampak, baik dampak positif maupun negatif. Tanpa adanya perubahan iklim, tidak akan ada kehidupan di dunia karena suhu di bumi yang rendah dan manusia tidak akan bisa hidup dalam kondisi suhu yang rendah. Perubahan iklim telah meningkatkan suhu bumi sampai suhu rata-ratanya mencapai 60o Fahrenheit. Namun, pemanasan global menjadi permasalahan dan masih menjadi perdebatan ketika konsentrasi gas efek rumah kaca dalam atmosfer mengalami peningkatan. Akankah kondisi peningkatan konsentrasi gas ini menjadi permasalahan yang harus mendapat perhatian lebih?
1.3 Rumusan Masalah
Dimulai dari jaman revolusi industri, konsentrasi gas karbon dioksida di atmosfer telah meningkat hampir sebesar 30 %, konsentrasi gas metan meningkat hampir dua kali lipat, dan konsentrasi NO2 berkurang sekitar 15%. Peningkatan gas-gas ini menyebabkan kemampuan atmosfer untuk menahan panas menjadi lebih besar. Sulfat Aerosol, yaitu polutan udara yang umum ditemui, mendinginkan atmosfer dengan merefleksikan kembali radiasi cahaya dari matahari ke luar angkasa. Tetapi senyawa sulfat ini mempunyai siklus umur yang pendek di atmosfer.
Cuaca musim panas yang ekstrim dapat menjadi tanda bahwa perubahan iklim yang berpotensi mematikan tengah berlangsung, demikian keterangan yang diberikan oleh para ilmuwan, yang dikutip The New York Times.



1.4 Tujuan
Tujuan secara umum dari diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana perubahan iklim ini telah terjadi dan penyebabnya. Semua ini masih menjadi pertanyaan bagi manusia karena sampai sekarang masih belum mendapatkan penyebab yang pasti dari perubahan iklim ini dan manusia juga ingin mencari kebenaran mengenai efek dari perubahan iklim yang akan dialami oleh manusia atau makhluk hidup serta dampak bagi lingkungan.
Jika perubahan iklim ini terjadi, maka efek yang ditimbulkan bukan hanya dialami oleh manusia saja tetapi juga semua makhluk hidup di sekitarnya, seperti meningkatnya suhu di permukaan bumi menyebabkan kekeringan, dengan demikian akibat dari kekeringan ini selain dialami manusia juga oleh hewan dan tumbuhan dimana tumbuhan akan menjadi layu karena kekurangan air dan sebagainya. Oleh karena itu, melalui penelitian ini diharapkan agar manusia mengurangi aktifitas yang dapat menyebabkan terjadinya pemanasan global seperti mengadakan kegiatan rumah kaca, pembakaran zat-zat yang dapat menyebabkan suhu di permukaan bumi meningkat, dan lain-lain.
1.5 Manfaat
Adapun manfaat-manfaat yang dapat kita peroleh dari makalah ini adalah :
1) Untuk mengetahui secara jelas apa perubahan iklim itu.
2) Untuk mengetahui penyebab terjadinya perubahan iklim.
3) Untuk mengetahui dampak secara umum yang akan dialami oleh manusia sendiri maupun makhluk hidup dan lingkungan di sekitarnya.
4) Untuk mengetahui efek yang akan dialami apabila terjadi perubahan iklim akibat dari pemanasan global.
5) Untuk dapat mengetahui apa yang dapat dilakukan oleh manusia untuk dapat mencegah lebih lanjut pemanasan global tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perubahan Iklim
Menurut United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCC) Perubahan Iklim adalah perubahan yang disebabkan oleh aktivitas manusia baik secara langsung maupun tidak langsung yang mengubah komposisi atmosfer secara global dan mengakibatkan perubahan variasi iklim yang dapat diamati dan dibandingkan selama kurun waktu tertentu.
Panel Antar pemerintahan PBB tentang Perubahan Iklim (IPCC) yang berhasil meyakinkan negara-negara di dunia lewat fakta-fakta ilmiah hubungan antara aktivitas manusia dengan pemanasan global yang mengakibatkan perubahan iklim (man-made climate change), setelah beberapa lama hanya dianggap sebagai hipotesa belaka. Keberhasilan dalam peningkatan kesadaran ini, yang sekaligus memberikan dasar bagi upaya solusinya, mengantarkan IPCC menerima Hadiah Nobel Perdamaian bersama Al Gore pada 2007.
Telah diperkirakan oleh para ilmuwan, daerah bagian utara dari belahan Bumi Utara akan memanas lebih dari daerah-daerah lainnya di Bumi. Hal ini berakibat akan mencairnya gunung-gunung es dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan tersebut.
Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.
Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan.
Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.
2.2 Penyebab Terjadinya Perubahan Iklim
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa aktivitas manusia merupakan penyebab utama terjadinya perubahan iklim. Selain itu pertambahan populasi penduduk dan pesatnya pertumbuhan teknologi dan industri ternyata juga memberikan kontribusi besar pada pertambahan GRK. Akibat jenis aktivitas yang berbedabeda, maka GRK yang dikontribusikan olehsetiap negara ke atmosfer pun porsinya berbedabeda.
Di Indonesia sendiri GRK yang berasal dari aktivitas manusia dapat dibedakan atas beberapa hal, yaitu (1) kerusakan hutan termasuk perubahan tata guna lahan, (2) pemanfaatan energi fosil, (3) pertanian dan peternakan, serta (4) sampah.
Pemanfaatan energi secara berlebihan, terutama energi fosil, merupakan penyebab utama terjadinya perubahan iklim secara global. Hutan yang semakin rusak, baik karena kejadian alam maupun penebangan liar, juga menambah jumlah GRK yang dilepaskan ke atmosfer secara signifikan serta fungsi hutan sebagai penyerap emisi GRK.
Selain itu pertanian dan peternakan serta sampah berperan sebagai penyumbang GRK berupa gas metana (CH4) yang ternyata memiliki potensi pemanasan global 21 kali lebih besar daripada gas karbondioksida (CO2)


a) Kehutanan
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dengan luas hutan terbesar, yaitu 120,3 juta hektar (FWI/GFW, 2001). Sekitar 17% dari luasan tersebut adalah hutan konservasi dan 23% hutan lindung, sementara sisanya adalah hutan produksi (FWI/ GFW, 2001). Dari sisi keanekaragaman hayati, Indonesia termasuk negara paling kaya akan keanekaragaman hayati. Menurut situs web Indonesian National Parks, Indonesia memiliki sekitar 10% spesies tanaman dari seluruh tanaman di dunia, 12% spesies mamalia (terbanyak di seluruh dunia), 16% reptil dan amfibi, 17% spesies burung dan lebih dari 25% spesies ikan di seluruh dunia. Hampir seluruh spesies tersebut endemik atau tak terdapat di negara lain.
Padahal jika hutan beserta keanekaragaman hayatinya dipelihara dengan baik, maka esungguhnya akan memberikan keuntungan bagi Indonesia, baik secara sosial maupun konomi. Apalagi sektor-sektor seperti kehutanan, pertanian dan perikanan, esehatan, ilmu pengetahuan, industri dan pariwisata, sesungguhnya sangat ergantung pada keberadaan keanekaragaman hayati. Selama ini yang terjadi justru sebaliknya. Sejak tahun 1970-an, kerusakan hutan mulai menjadi isu penting, dimana penebangan hutan secara komersial mulai dibuka secara besar-besaran. Menurut data Forest Watch Indonesia, laju kerusakan hutan pada tahun 1985-1997 telah mencapai sebesar 2,2 juta per tahun (FWI, 2001). Kerusakan hutan terutama disebabkan oleh penebangan liar, kebakaran hutan (yang disengaja dan tidak disengaja), perkebunan skala besar serta kerusakan- kerusakan yang ditimbulkan HPH (Hak Pengusahaan Hutan) dan HTI (Hutan Tanaman Industri). Salah satu fungsi hutan sendiri adalah sebagai penyerap emisi GRK (biasa juga disebut emisi karbon). Hutan dapat menyerap dan mengubah karbondioksida (CO2), salah satu jenis GRK, menjadi oksigen (O2) yang merupakan kebutuhan utama bagi mahluk hidup. Ini berarti dengan luasan hutan Indonesia yang cukup luas, sekitar 144 juta ha (tahun 2002), sudah tentu emisi karbon yang dapat diserap jumlahnya tak sedikit, sehingga laju terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim dapat dihambat.
Adapun jumlah CO2 yang telah diserap oleh hutan Indonesia pada tahun 1990 adalah sebesar 1500 MtCO2 (In11 donesia: The First National Communication under UNFCCC, 1990). Sedangkan pada tahun 1994, hutan Indonesia hanya menyerap sekitar 404 MtCO2 (NET dan Pelangi, 2000). Jadi, hanya dalam waktu 4 tahun, hutan Indonesia sudah "berhasil" melepaskan emisi GRK ke atmosfer sebesar 1.096 MtCO2
Pada tahun 1990, emisi CO2 yang dilepaskan oleh sektor kehutanan dan perubahan tata guna lahan adalah sebesar 64% dari total emisi GRK di Indonesia. Sementara pada tahun 1994, angka tersebut meningkat menjadi 74% (Pelangi, 2000). Tahun 1997-1998 terjadi kebakaran hutan yang cukup besar di Indonesia, dimana 80% dari kejadian tersebut terjadi di lahan gambut. Sementara lahan gambut sendiri merupakan penyerap emisi karbon, terbesar di dunia. Akibat peristiwa kebakaran tersebut, sebanyak 0,81-2,57 Gigaton karbon dilepaskan ke atmosfer.
Angka ini setara dengan 13-40% total emisi karbon dunia yang dihasilkan dari bahan bakar fosil per tahun. Kerugian finansial yang harus ditanggung oleh Indonesia akibat peristiwa ini adalah sebesar US$ 3 milyar dari hilangnya kayu, pertanian, produksi hutan non-kayu, konservasi tanah, dan lain-lain (Susan E. Page, et al, 2002).
Jika tidak segera diatasi, maka kerusakan hutan di Indonesia akan mengakibatkan akumulasi GRK di atmosfer meningkat dengan cepat, sehingga menambah cepat laju proses perubahan iklim.
b) Energi
Dapat dikatakan kehidupan manusia saat ini tak bisa lepas dari energi listrik dan bahan bakar fosil. Ketergantungan itu ternyata membawa dampak yang buruk bagi kehidupan umat manusia. Penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak bumi, batubara dan gas alam dalam berbagai kegiatan, misalnya pada pembangkitan listrik, transportasi dan industri, akan memicu bertambahnya jumlah emisi GRK di atmosfer.
Walaupun sama-sama menghasilkan emisi GRK, namun emisi yang dihasilkan dari penggunaan ketiga jenis bahan bakar fosil tersebut berbeda-beda. Selain penggunaan pembangkit tenaga listrik bertenaga batubara yang tidak ramah lingkungan, Indonesia juga termasuk sebagai negara pengkonsumsi energi terbesar di Asia, setelah Cina, Jepang, India dan Korea Selatan. Total konsumsi energi di Indonesia melonjak tinggi sekitar 4 kali selama dua dekade terakhir ini, dari sekitar 174 juta Setara Barel Minyak (BOE= Barrel of Oil Equivalent) pada tahun 1980 menjadi sekitar 666 juta BOE di tahun 2000 (DJLPE, 2002). Tingginya konsumsi energi, disebabkan oleh adanya pemahaman keliru yang menyatakan bahwa Indonesia sangat kaya akan minyak, gas dan batubara, dimana cadangannya tidak akan pernah habis.
Kita seringkali lupa bahwa untuk mendapatkan bahan bakar fosil kita harus menunggu ribuan hingga jutaan tahun. Sementara cadangan bahan bakar fosil yang ada saat ini di Indonesia (dan juga di dunia) sudah mulai menipis. Dengan cadangan terbukti sekitar 5 milyar barel dan tingkat produksi sekitar 500 juta barel, maka minyak bumi Indonesia akan habis kurang dari 10 tahun mendatang, yaitu pada tahun 2013. Untuk gas alam dengan kapasitas produksi sekitar 3 TSCF, maka cadangan terbuktinya yang hanya 90 TSCF akan habis dalam 3 dekade (30 tahun) mendatang.
Sementara, batubara dengan cadangan terbukti sebesar 50 ton hanya mampu bertahan selama 50 tahun, jika produksi tetap dipertahanan seperti sekarang yaitu sebesar 100 juta ton/tahun. Namun, seperti yang telah diuraikan di atas, pemanfaatan batubara akan berpengaruh buruk terhadap lingkungan, karena sebagai menghasilkan emisi karbon yang lebih tinggi dibanding minyak maupun gas bumi.
Dari sisi pemanfaatan energi, sektor industri di Indonesia merupakan sektor yang mengemisikan karbon paling besar disbanding sektor lainnya (lihat grafik 1). Sementara sektor transportasi menempati posisi ke-2 pengemisi karbon tertinggi.
Sama dengan pemanfaatan energi listrik, konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia mengalami peningkatan tiap tahunnya. Menurut Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (2003), sekitar 70% total konsumsi energi final di Indonesia pada 2002 berupa BBM. Menempati urutan kedua adalah listrik, yaitu sekitar 10%.
c) Pertanian dan Peternakan
Sektor pertanian juga memberikan kontribusi terhadap meningkatnya emisi GRK, khususnya gas metana (CH4) yang dihasilkan dari sawah tergenang. Sektor pertanian menghasilkan emisi gas metana tertinggi dibanding sektor-sektor lainnya. Selain metana, GRK lain yang dikontribusikan dari sector pertanian adalah dinitro oksida (N2O) yang dihasilkan dari pemanfaatan pupuk serta praktek pertanian.
Pembakaran padang sabana dan sisa-sisa pertanian yang membusuk juga merupakan sumber emisi GRK. Sektor peternakan juga tak kalah dalam mengemisikan GRK, karena ternyata kotoran ternak yang membusuk akan melepaskan gas metana (CH4) ke atmosfer. Sebagai ilustrasi, setiap 1 kg kotoran ternak melepaskan sekitar 230 liter gas metana ke atmosfer (S. V. Srinivasan). Padahal, kalau saja kita mau sedikit berupaya untuk mengolahnya, kotoran ternak bisa mendatangkan keuntungan. Salah satunya bisa diolah menjadi biogas, bahan bakar yang murah dan ramah lingkungan.
d) Sampah
Kegiatan manusia selalu menghasilkan sampah. Sampah merupakan masalah besar yang dihadapi oleh kota-kota besar di Indonesia. Data dari Kementerian Lingkungan Hidup mengatakan bahwa pada tahun 1995 rata-rata orang di perkotaan di Indonesia menghasilkan sampah 0,8 kg per hari dan terus meningkat hingga 1 kg per orang per hari pada tahun 2000. Diperkirakan timbunan sampah pada tahun 2020 untuk tiap orang per hari adalah sebesar 2,1 kg. Sampah sendiri turut menghasilkan emisi GRK berupa gas metana, walaupun dalam jumlah yang cukup kecil dibandingkan emisi GRK yang dihasilkan dari sektor kehutanan dan energi. Diperkirakan 1 ton sampah padat menghasilkan sekitar 50 kg gas metana.
Dengan jumlah penduduk yang terus meningkat, diperkirakan pada tahun 2020 sampah yang dihasilkan per hari sekitar 500 juta kg atau sekitar 190 ribu ton per tahun. Dengan jumlah sampah yang sedemikian besar, maka Indonesia akan mengemisikan gas metana ke atmosfer sekitar 9500 ton per tahun. Jika sampah kota tidak dikelola secara benar, maka laju pemanasan global dan perubahan iklim akan semakin cepat, mengingat potensi pemanasan global CH4 yang besarnya 21 kali potensi pemanasan global CO2.
2.3 Akibat Terjadinya Perubahan Iklim
Beberapa dampak perubahan iklim yang mungkin timbul di antaranya:
a. peningkatan suhu, suhu rata-rata tahunan telah meningkat sekitar 0,3 derajat Celsius pada seluruh musim terutama sejak 1990;
b. peningkatan intensitas curah hujan, di Indonesia curah hujan per tahun diperkirakan meningkat 2-3% di seluruh Indonesia, dalam periode yang lebih pendek tetapi meningkatkan resiko banjir secara signifikan;
c. ancaman terhadap ketahanan pangan pada bidang pertanian;
d. naiknya permukaan air laut yang akan berakibat pada tergenangnya daerah produktif pantai seperti pertambakan ikan dan udang, produksi padi dan jagung;
e. air laut bertambah hangat, yang berpengaruh terhadap keanekaragaman hayati laut dan terlebih pada terumbu karang yang sudah terancam (coral bleaching);
f. merebaknya penyakit yang berkembang biak lewat air dan vektor seperti malaria dan demam berdarah.
Penyebab dari pemanasan global dan perubahan iklim akibat aktivitas manusia ini terutama berasal dari aktivitas industri dan perusakan hutan dan perubahan tata guna lahan.
Dalam diskusi politik antar negara (internasional) dalam mengatasi masalah ini, ada pihak penghasil emisi dan pihak penyerap emisi. Negara-negara penyerap karbon yaitu pemilik hutan yang kebanyakan merupakan negara-negara berkembang akan berusaha mencoba menjaga lahannya, dan sebagai kompensasinya negara penghasil emisi yang umumnya negara-negara industri akan membayar apa yang telah mereka keluarkan. Yang menjadi masalahnya yaitu bagaimana menghargai nilai karbon itu.[ii] Inilah ide dibalik skema REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation).
2.3 Solusi dan Pencegahan Terjadinya Perubahan Iklim
Dampak dari perubahan iklim itu sendiri diantaranya yaitu : peningkatan permukaan laut (bayangkan jika kita yang ada di dataran rendah, kawasan pesisir khususnya kelak akan tergenang oleh air laut, kiamat!?!?), dan berakibat juga pada perubahan pola hujan karena meningkatnya temperatur suhu.
Oleh sebab itu mari kita mulai menanggulanginya dimulai dari diri kita sendiri dari hal yang kecil mulai sekarang!! Caranya diantaranya,
 Berhenti atau kurangilah makan daging
Dalam laporannya yang berjudul Livestock’s Long Shadow : Enviromen­tal lssues and Options (dirilis November 2006), PBB mencatat bahwa 18% dari pemanasan global yang terjadi saat ini disumbangkan oleh in­dustri peternakan, yang mana lebih besar daripada efek pemanasan global yang dihasilkan oleh seluruh alat transportasi dunia digabungkan! PBB juga menambahkan bahwa emisi yang dihitung hanya berdasarkan emisi CO2 yang dihasilkan, padahal selain sebagai kontributor CO2 yang hebat, industri peternakan juga merupakan salah satu sumber utama pencemaran tanah dan sumber-sumber air bersih.
Sebuah laporan dari Earth Institute menegaskan bahwa diet berbasis tanaman hanya membutuhkan 25% energi yang dibutuhkan oleh diet berbasis daging. Penelitian yang dilakukan Profesor Gidon Eshel dan Pamela Martin dari Universitas Chicago juga memberikan kesimpulan yang sama: mengganti pola makan daging dengan pola makan vegetarian 50% lebih efektif untuk mencegah pemanasan global dari pada mengganti sebuah mobil SUV dengan mobil hibrida.
Seorang vegetarian dengan standar diet orang Amerika akan menghemat 1,5 ton emisi rumah kaca setiap tahunnya! Seorang vegetarian yang mengendarai SUV ffummer masih lebih bersahabat dengan lingkungan daripada seorang pe­makan dagrng yang mengendarai sepeda!
 Batasilah emisi karbon dioksida!
Bila memungkinkan, carilah sumber-sumber energi alternatif yang tidak menghasilkan emisi CO2 seperti tenaga matahari, air, angin, nuklir, dan lain-lain. Bila terpaksa harus mengguna­kan bahan bakar fosil (yang mana akan menghasilkan emisi CO2), gunakanlah dengan bijak dan efisien.
Hal ini termasuk menghemat listrik dan energi, apalagi Indonesia termasuk negara yang banyak menggunakan bahan bakar fosil (minyak, batubara) untuk pembangkit listriknya.
Matikanlah peralatan listrik ketika tidak digunakan, gunakan lampu hemat energi, dan gunakanlah panel surya sebagai energi alternatif.
 Tanamlah lebih banyak pohon!
Tanaman hijau menyerap CO2 dari atmosfer dan menyimpannya dalam jaringannya. Tetapi setelah mati mereka akan melepaskan kembali CO2 ke udara. Lingkungan dengan banyak tanaman akan mengikat CO2 dengan baik, dan harus dipertahankan oleh generasi mendatang. Jika tidak, maka karbon yang sudah tersimpan dalam tanaman akan kembali terlepas ke atmosfer sebagai CO2.
Peneliti dari Louisiana Tech University menemukan bahwa setiap acre pepohonan hijau dapat menangkap karbon yang cukup untuk mengimbangi emisi yang dihasilkan dari mengendarai sebuah mobil selama setahun.
Sebuah studi yang dilakukan oleh layanan perhutanan di Amerika Serikat juga menunjukkan bahwa penanaman 95.000 pohon yang dilakukan di dua kota kecil di Chicago memberikan udara yang lebih bersih dan menghemat biaya yang berhubungan dengan pemanasan dan pendinginan udara sebesar lebih dari US$38 juta dalam 30 tahun ke depan.
 Daur ulang (recycle) dan gunakan ulang
Kalkulasi yang dilakukan di California menunjukkan bahwa apabila proses daur ulang dapat diterapkan hingga di level negara bagian California, maka energi yang dihemat cukup untuk memberikan suplai energi bagi 1,4 juta rumah, mengurangi 27.047 ton polusi air, menyelamatkan 14 juta pohon, dan mengurangi emisi gas rumah kaca hingga setara dengan 3,8 juta mobil!.
 Gunakan alat transportasi alternatif untu mengurangi emisi karbon
Penelitian yang dilakukan Universitas Chicago menunjukkan bahwa beralih dari mobil konvensional ke mobil hibrida seperti Toyota Prius dapat menghemat 1ton emisi per tahun.
Mengkonsumsi makanan produk lokal akan mengurangi emisi dalam jumlah yang cukup signifikan. Pene­litian yang dilakukan oleh Iowa State University pada tahun 2003 me­nemukan bahwa makanan non-lokal rata-rata menempuh 1.494 mil sebelum dikonsumsi, bandingkan dengan makanan lokal yang hanya menempuh 56 mil. Bayangkan betapa banyak emisi karbon yang dihemat dengan perbe­daan 1.438 mil tersebut.
Gunakan sepeda sebanyak yang Anda bisa sebagai metode transportasi. Selain menghemat banyak energi, bersepeda juga merupakan olah raga yang menyehatkan.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perubahan Iklim adalah perubahan yang disebabkan oleh aktivitas manusia baik secara langsung maupun tidak langsung yang mengubah komposisi atmosfer secara global dan mengakibatkan perubahan variasi iklim yang dapat diamati dan dibandingkan selama kurun waktu tertentu.
Beberapa aktivitas manusia yang dapat menimbulkan terjadinya perubahan iklim dapat dibedakan atas beberapa hal, yaitu (1) kerusakan hutan termasuk perubahan tata guna lahan, (2) pemanfaatan energi fosil, (3) pertanian dan peternakan, serta (4) sampah.
Beberapa dampak perubahan iklim yang mungkin timbul di antaranya: peningkatan suhu, peningkatan intensitas curah hujan, ancaman terhadap ketahanan pangan pada bidang pertanian, naiknya permukaan air laut, air laut bertambah hangat serta merebaknya wabah penyakit.
3.2 Saran
Sebaiknya kita banyak menanam tumbuhan hijau agar persediaan oksigen tetap ada atau tidak berkurang dan mengurangi jumlah rumah kaca, serta berhemat menggunakan energi yang ada di bumi. Selain itu, tidak mencemari udara yang dapat merusak lapisan atmosfer bumi.
Berubahlah!
Satu hal lain yang sangat penting disamping lima hal yang dapat Anda lakukan di atas adalah keinginan dan motivasi Anda sendiri untuk berubah.
Saran-sarandi atas tidak akan berarti jika hanya menjadi bahan ba¬caan tanpa tindakan yang nyata. Kita harus benar-benar mulai mempraktek¬kannya dalam kehidupan sehari-hari.
Anda tidak perlu mengambil langkah ekstrim untuk langsung berubah ha-nya dalam semalam bila hal tersebut terlalu berat bagi Anda. Lakukanlah secara bertahap tetapi konsisten de¬ngan komitmen Anda.
Jadilah contoh nyata bagi ling¬kungan dan orang-orang di seki¬tar Anda. Contoh dan praktek yang Anda berikan sangat penting untuk menginspirasi banyak orang lainnya untuk berubah pula. Berikanlah in¬formasi kepada orang-orang disekitar Anda sehingga mereka dapat mengerti mengenai konsekuensi dari pola hidup mereka. Dan berilah mereka dorongan untuk mencoba pola hidup mulia yang akan menyelamatkan planet kita ter¬cinta ini.












DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/22182806/Makalah-Global-Warming
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global
http://zetri.blogspot.com/2010/10/pemanasan-global.html
http://www.reflection4us.com/global-warming-solution/2008/08/08/
http://dunia-novi.blogspot.com/2010/10/makalah-global-warming.html
materi bukuajar.pendidikan lingkungan hidup.tahun 2010